Selasa, 27 Februari 2007

Menyingkap yang tak terungkap tentang Wahabi, kali ini dari Ayatullah Ja’far Subhani


Menyingkap yang tak terungkap tentang Wahabi, kali ini dari Ayatullah Ja’far Subhani

Musim haji tahun ini diterbitkan sebuah buku dengan nama “Qira’atun Rasyidah Fi Kitab Nahjil Balaghah” yang ditulis oleh Abdurrahman bin Abdullah al-Jami’an di Arab Saudi. Buku itu kemudian diterjemahkan menjadi “Nahjul Balaghah Ra Dubareh Bekhanim” (Membaca kembali Nahjul Balaghah). Di situ, sebagai penerjemah dicantumkan nama Ayatullah Ja’far Subhani.

Sebagaimana biasa dalam musim haji, oleh pihak Arab Saudi, dibagikan buku-buku kepada jamaah haji. Edisi Parsi buku ini dibagikan kepada jamaah haji Iran. Setelah dibaca, ternyata ditemukan berbagai pemahaman yang tidak benar terhadap Nahjul Balagah, terutama dalam masalah Imamah dan Khilafah. Akhirnya, dilakukan pengecekan ulang kepada Ayatullah Subhani. Setelah membaca buku tersebut, Ayatullah Subhani berkata: “Alhamdulillah, Allah Zat yang telah menjadikan musuh-musuh kami dungu”. Beliau melanjutkan: “Siapa saja yang pernah membaca tulisan-tulisan kami, pasti tahu bahwa ini bukan hasil karya saya. Dan ini adalah kebohongan atas nama seorang ulama Syi’ah. Cara yang dipakai sama sekali jauh dari akhlak Islam. Jelas, selain cara yang seperti ini tidak memiliki dampak apa-apa, keimanan orang akan semakin kokoh dengan tuntunan Imam Ali as”.

Berikut ini adalah pernyataan tertulis Ayatullah Ja’far Subhani.

Bismillahirrahmanirrahim

Kewajiban setiap muslim setelah belajar dan memahami dengan benar agama Islam adalah mengajarkan dan mentabligkannya. Tablig agama adalah bagian dari amar makruf dan nahi mungkar, sebuah kewajiban kifa’i bagi kaum muslimin.

Tablig merupakan hal yang penting dan sebuah kewajiban dalam agama Islam. Namunpun demikian, tablig memiliki syarat-syarat dan etika. Ulama Islam telah menjelaskan masalah ini, dalam buku-buku mereka di bawah judul “Adab ad-Da’wah” (etika dakwah). Salah satu syarat paling penting dalam melakukan tablig untuk sampai pada tujuan adalah cara yang benar, baik dan suci. Tablig agama tidak boleh dikotori dengan bohong. Harus jelas bahwa tablig dalam Islam tidak menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan.

Sangat disayangkan sekali di dunia Islam, ada saja orang-orang yang memiliki posisi sebagai ulama tapi menghalalkan segala cara. Beberapa contoh kasus dapat dilihat sebagai berikut:

1. Membuat hadis palsu atas nama Rasulullah saw

Setelah meninggalnya Nabi Muhammad saw, membuat hadis palsu termasuk profesi yang banyak dilakukan demi melanggengkan kekuasaan pemerintah yang korup. Membuat hadis palsu atas nama Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw sendiri telah memberikan wejangan “Barang siapa yang berbohong atas namaku, niscaya tempatnya adalah di neraka” (Sahih Bukhari, jilid 1, bab “Itsmu Man Kadziba ‘Ala an-Nabi”, hadis nomor 107, 108 dan 109).

Ancaman ini tidak mempan bagi mereka yang hatinya telah keras dan para pecinta dunia. Setelah wafatnya Rasulullah saw pembuatan hadis palsu sedemikian merajalelanya sehingga untuk membedakan mana hadis asli dan mana yang palsu sangat sulit. Cukup kita melihat bahwa sejarah mencatat ada sekitar tujuh ratus ribu lebih para pembuat hadis palsu lengkap dengan data-data pribadi (Al-Ghadir, jilid 5, hal 301-446).

2. Mengubah (tahrif) sebab turunnya ayat al-Quran

Al-Quran adalah mukjizat ilahi dan sumber pengetahuan. Al-Quran belum pernah dirubah semenjak turunnya hingga sekarang dan akan datang. Kata-kata yang ada di dalamnya, tanpa kekurangan sedikitpun terjaga oleh mereka yang menghapalkannya. Akan tetapi, para pedagang hadis, penyembah dunia dalam baju ulama dan kelompok yang termarjinalkan selalu berusaha dengan segala cara untuk menafsirkan ayat al-Quran sesuai dengan kepentingan mereka.

Ahli-ahli tafsir menyebutkan:

“Pada malam hari di mana para pemimpin penyembah berhala Quraisy memutuskan untuk menyerang rumah Nabi Muhammad saw pada tengah malam dan membunuhnya, Nabi memerintahkan kepada Ali as untuk tidur di tempat pembaringannya. Karena Nabi hendak pergi melakukan hijrah.

Pengorbanan yang dilakukan oleh Ali as dipuji oleh Allah swt lewat surat Baqarah ayat 207 (tafsir as-Tsa’labi, jilid 2, hal 125-126). “Dan ada sebagian manusia yang rela menjual (baca : mengorbankan) dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya”.

Samurrah bin Jundub, salah satu penjahat kelas kakap Bani Umayyah, menerima uang sebesar 400 ribu dirham untuk mengingkari turunnya ayat tersebut kepada Ali as. Ia menyampaikan di tempat umum bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengan Abdurrahman bin Muljam. Ia tidak hanya mengingkari turunnya ayat tersebut terkait dengan pribadi Ali as, bahkan ia juga menambahkan bahwa ayat lain yang turun mengenai Ali as, ayat tentang orang-orang munafik (Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abi al-Hadid, jilid 4, hal 73). Ayat tersebut berbunyi: “Dan ada sebagian orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu dan menjadikan Allah sebagai saksi (atas kebenaran) isi hatinya, sedangkan ia adalah musuh yang paling keras” (Baqarah: 204).

Penafsiran semacam ini dari seorang Samurrah adalah sangat mudah. Pada zaman Ubaidillah bin Ziyad menjadi gubernur Irak, ia sebagai bupati Basrah. Kebenciannya terhadap Ahlul Bait Nabi dan pecinta mereka membuat ia membunuh sekitar 8 ribu orang. Kejahatan mereka hanya satu, mencintai keluarga Nabi Muhammad saw. Ia seakan tidak punya pikiran bahwa dari 8 ribu orang itu, ada yang sama sekali tidak berdosa di matanya. Ketika ditanya mengapa ia tega membunuh pecinta keluarga Nabi seperti itu? Ia menjawab “Dua kali lipat dari jumlah mereka pun aku berani membantai mereka” (Tarikh Thabari, jilid 4, hal 176, kejadian dekade lima puluhan Hijriah, Muassasah Mathbu’at A’lami).

3. Rekayasa keutamaan

Sebagian dari penguasa yang tidak memiliki kelayakan, berusaha untuk mencitrakan dirinya sebagai orang yang layak dan memiliki keutamaan. Untuk itu ia memberi uang kepada orang-orang yang siap merekayasa keutamaan untuk diri dan keluarganya. Berusaha sedemikian rupa agar dia dan keluarganya dekat bahkan memiliki hubungan keluarga dengan Nabi Muhammad saw. Muawiyah yang berasala dari dinasti umayyah. Karena hubungannya dengan Utsman, ia memaksa sekelompok orang untuk merekayasa keutamaan Utsman. Akhirnya, muncul hadis-hadis yang dinukil langsung dari lisan Nabi Muhammad saw.

Para pembuat hadis palsu terkait dengan keutamaan Utsman sedemikian semangatnya sehingga lepas kontrol. Akhirnya, untuk mengontrol mereka, Muawiyah berkata: ”Semestinya kalian juga melakukan hal yang kurang lebih sama terhadap Syaikhain, Abu Bakar dan Umar bin Khatthab (Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abi al-Hadid, jilid 11, hal 46).

4. Pengingkaran terhadap keutamaan Ahlul Bait Nabi

Rekayasa keutamaan untuk kepentingan mereka adalah ciri khas kelompok ini. Hal yang mengejutkan adalah usaha untuk mengingkari sebuah keutamaan, khususnya keutamaan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as. Keutamaan yang telah diriwayatkan lewat hadis mutawatir dan sahih sekalipun. Ahmad bin Taimiyah adalah jagoannya dalam mengingkari keutamaan. Kegemarannya ini membuat Ibnu Hajar al-‘Asqallani berkata:

“Ibn Taimiyah dalam dialognya dengan Ibnu Muthahhar (Allamah Hilli) sampai pada tahap mengingkari hadis sahih. Dalam Minhaj as-Sunnah berdasarkan sifatnya itu, ia mengingkari keutamaan Imam Ali as. Tidak cukup sampai di situ, ia menyebutkan bahwa hadis-hadis tersebut sebagai hadis bohong. Padahal, pada saat yang sama, ulama besar Ahli Sunah menukil hadis-hadis tersebut seperti:

a. Persaudaraan antara Nabi Muhammad saw dan Ali as dalam hadis “Muakhah”

Setelah sampai di Madinah, Nabi mempersaudarakan setiap sahabat dengan lainnya. Sampai pada Ali as, Nabi mengangkatnya sebagai saudaranya. Ibnu Hajar (Fath al-Bari, jilid 7, hal 271), dengan tegas menolak pengingkaran Ibnu Taimiyah terhadap keutamaan Ali as. Ia mempertanyakan mengapa Ibnu Taimiyah mengingkari hadis ini, padahal para tokoh ahli hadis besar menukilnya. Ibnu Hajar sendiri setelah itu membeberkan filsafat persaudaraan yang dilakukan oleh Nabi.

b. Ali as tolok ukur kebenaran

Hadis “Ali Ma’a al-Haq Wa al-Haq Ma’a Ali” (Ali senantiasa bersama kebenaran dan kebenaran bersamanya), untuk menjelaskan bahwa dalam masalah-masalah akidah, sosial dan politik, maka kebenaran senantiasa ada di pihak Ali. Hadis ini diingkari oleh Ibnu Taimiyah karena jauhnya ia dari Ahlul Bait as. Padahal, para tokoh ahli hadis menukil hadis ini. Bahkan Fakh ar-Razi dalam bukunya menyebutkan bahwa hadis ini mutawatir (Mafatih al-Ghaib, jilid 1, hal 205).

Dua contoh di atas menunjukkan bagaimana dalam melakukan tablig, terjadi pendustaan terhadap keutamaan yang telah diterima oleh para ulama.

5. Mengusahakan adanya friksi dalam kelompok pengikut kebenaran

Untuk mengokohkan posisi mereka, salah satu kekhususan lain yang perlu disebutkan adalah menyebarkan perselisihan di kalangan pecinta Ali as. Dalam peperangan antara Imam Ali as dan Muawiyah, tipuan yang dilakukan untuk merusak barisan Imam Ali as adalah dengan mengangkat mushaf. Tipuan berhasil membuat perselisihan di kelompok Ali as. Dari sini muncul kelompok dengan nama Khawarij. Mereka memaksa Imam Ali as untuk menerima gencatan senjata. Di akhir, mereka sendirilah yang kemudian menyesal menerima gencatan senjata tersebut. Mereka kemudian meminta kepada Imam Ali as untuk secara sepihak keluar dari perjanjian. Akhirnya, Imam Ali as menjadi korban dari perselisihan ini.

Kami mencukupkan ciri khas mereka dan pada kesempatan lain akan dijelaskan lebih luas.

6. Penerbitan buku atas nama para tokoh Syi’ah

Telah kami ingatkan bahwa dalam tablig agama harus benar dan dengan jalan yang suci. Salah satu cara tablig yang paling menjijikkan adalah seorang menulis buku sesuai dengan keyakinannya kemudian menerbitkannya dengan nama orang lain. Dengan cara ini, diharapkan citra yang dimiliki oleh tokoh tersebut dapat mendongkrak popularitas keyakinannya.

Sebagai contoh buku “as-Syi’ah Wa at-Tashih”. Buku ini ditulis oleh Wahabi dan nama penulisnya disebutkan Sayyid Musa Musawi. Ia adalah cucu dari marja besar Syi’ah Ayatullah Isfahani. Mereka bertujuan dengan mencatut nama Sayyid Musa Musawi sebagai penulis buku itu, rencana mereka dalam tablig keyakinan mereka akan lebih mulus. Siapa saja yang memiliki hubungan baik dengan Sayyid Musa Musawi semasa hidupnya, pasti menolak penisbatan buku ini terhadapnya. Dan mengatakan bahwa penisbatan itu adalah sebuah kedustaan.

Model tablig semacam ini menunjukkan bahwa Wahabi dalam melakukan tablig menghalalkan segala cara. Mereka tidak sadar bahwa cara seperti ini menunjukkan kebobrokan mereka sendiri dan pada akhirnya tidak akan berhasil.

Beberapa waktu lalu, di Arab Saudi diterbitkan sebuah buku dengan judul “Ta’ammulat Fi Nahjul al-Balaghah”. Qadhi Qathif, Syaikh Saleh Darwisyi, memberikan komentar atas buku tersebut. Saya menuliskan kritik terhadap buku itu dan yang saya kritik adalah Syaikh Saleh Darwisyi. Judul buku saya “Hiwar Ma’a as-Syaikh Saleh Darwisyi” dan sudah diterjemahkan ke bahasa Parsi juga.

Buku saya juga dicetak dan diterbitkan di Arab Saudi. Hal itu membuat usaha Wahabi menjadi terganjal. Mereka ingin menutupi kelemahan yang ada dengan menerbitkan buku “Qira’atun Rasyidah Li Kitab Nahjul Balaghah”, karangan Abdurrahman bin Abdillah al-Jamian. Untuk membohongi jamaah haji Iran, mereka menerjemahkan buku itu dengan judul “Nahjul Balaghah Ra Dubareh Bekhanim” (Membaca kembali Nahjul Blaghah) dan menerbitkannya. Nama penerjemah ditulis Ja’far Subhani.

Bila melihat isi buku, di sana tidak tertulis nama percetakan dan penerbitan bahkan tidak dicantumkan tahun dicetak. Kelihatannya mereka begitu tergesa-gesa dalam mencetak buku ini sehingga tidak mencantumkan semua itu. Yang lebih lucu lagi, cover buku tertulis “Nahjul Balaghah Ra Dubareh Bekhanim” sementara pada halaman ke tiga judul buku ditulis “Hamgam Ba Nahjul Balaghah” (Bersama Nahjul Balaghah). Melihat bentuk pemilihan huruf dan lay out dapat di dipastikan bahwa semuanya dilakukan di Arab Saudi.

Kerja seperti ini merupakan bukti dari kalimat ““Alhamdulillah, Allah Zat yang telah menjadikan musuh-musuh kami dungu” (Alhamdulillah al-Ladzi Ja’ala A’da’ana Humaqa’). Karena bila buku ini dibaca oleh siapa saja, dapat mengetahui bahwa perbuatan ini hanyalah penipuan belaka. Apa lagi bila mengenal saya dengan buku-buku yang saya tulis. Tentunya, buku ini tidak saja tidak memiliki dampak apa-apa, bahkan keimanan orang akan semakin kokoh dengan tuntunan Imam Ali as.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa nama percetakan dan penerbit tidak dituliskan, namun karena diterbitkan di tahun ini, pada musim haji tahun ini, di Arab Saudi lewat para mubalig resmi Wahabi buku ini dibagi-bagikan. Secara syariat Islam dan undang-undang, saya memiliki hak untuk melakukan protes.

Beberapa waktu lalu juga telah diterbitkan buku yang memuat dialog antara Ibnu Taimiyah dan Allamah Hilli. Ketika saya membaca buku itu, saya menjadi terheran-heran. Bagaimana mungkin mereka menisbatkan cara berpikir yang dangkal terhadap Allamah Hilli. Mereka berusaha menjatuhkan citra Allamah Hilli, yang di dunia Islam dikenal akan kejeniusannya, dalam berdialog dengan Ibnu Taimiyah?

Ibnu Hajar dalam bukunya ‘at-Tahdzib” dan “Lisan al-Mizan” (Lisan al-Mizan, jilid 13, hal 85, nomor 79), menyifati Allamah dengan ucapan: “Kana Ayatan Fi az-Dzaka’ (Allamah al-Hilli adalah contoh kejeniusan).

Kembali pada buku dialog Allamah al-Hilli dengan Ibnu Taimiyah. Hanya ada dua kemungkinan; pertama, dialog itu dirubah oleh mereka atau kedua, secara utuh dialog itu direkayasa oleh mereka.

Semua ini menuntun kita pada satu hal, bahwa jangan sampai kita percaya pada data dan sumber-sumber rujukan yang mereka pakai untuk membenarkan akidah mereka. Harus melihat itu dengan kaca mata ragu sehingga melahirkan sikap untuk mengecek kembali kebenarannya.

Allah swt berfirman: “Katakanlah:" Apakah akan Kami memberitahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya". Yaitu orang- orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik- baiknya” (Kahfi: 103-104).[infosyiah]

Minggu, 25 Februari 2007

18 Tahun Fatwa Mati Salman Rushdi


18 Tahun Fatwa Mati Salman Rushdi

Saleh Lapadi

Dengan nama-Nya Yang Maha Tinggi

Inna Lillahi Wa Inna Ilahi Rajiun.

Saya memberitahukan kepada kaum muslimin pemberani di seluruh dunia. Telah diterbitkan buku Ayat-ayat Setan telah menghina Islam, Nabi dan al-Quran. Penulis serta penerbit yang tahu isi buku itu hukumannya adalah MATI!

Saya menginginkan kepada seluruh kaum muslimin pemberani yang menemukan mereka di mana saja untuk menghukum mati mereka. Sehingga tidak ada lagi orang yang berani menghina hal-hal yang disucikan oleh kaum muslimin.

Siapa yang mati dalam usaha menghukum mati mereka terhitung sebagai syahid Insya Allah. Perlu diketahui, bila seseorang mengetahui keberadaan si penulis buku, namun ia sendiri tidak dapat menghukum matinya, maka ia harus mengabarkan kepada orang lain sehingga mereka yang akan melakukan hukuman mati itu dan ia dapat merasakan akibat dari amal perbuatannya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

25/11/1367 (14 Pebruari 1989)

Ruhullah al-Musawi al-Khomeini

Pendahuluan

Tanpa terasa, fatwa hukuman mati Salman Rushdi yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini telah berumur 18 tahun. Pada masa dikeluarkannya fatwa tersebut tidak ada yang membayangkan Imam Khomeini akan menyikapi buku Ayat-ayat Setan sekeras itu. Karena pada waktu itu, Iran baru saja menerima resolusi PBB nomor 598 yang berarti gencatan senjata dengan Irak. Dengan itu, Iran tentu disibukkan dengan usaha untuk melakukan perdamaian.

Semua lupa akan prinsip-prinsip berpikir Imam Khomeini. Pikirannya melewati batas-batas teritorial Iran dan orang-orang Iran. Imam Khomeini dalam segala urusannya hanya untuk Allah dan agama. Ia senantiasa berusaha untuk itu dan tidak pernah menunjukkan keletihan dalam masalah ini. Ketika Imam Khomeini mengetahui isi buku Ayat-ayat setan, ia langsung mencap kebatilan buku ini. Ada rencana di balik penerbitan buku itu. Itulah yang membuat beliau mengeluarkan fatwa bersejarahnya.

Lebih jauh tentang Salman Rushdi

Salman Rushdi lahir di kota Devanegari, Bombai India pada tanggal 19 Juni 1947. Setelah Pakistan berdiri sendiri, ia bersama keluarganya pindah ke Karachi dan setelah itu berimigrasi ke Inggris. Ia ke Inggris ketika berumur 13 tahun dan menyelesaikan sekolahnya di sana. Setelah menyelesaikan kuliahnya di jurusan sejarah di universitas Cambridge, ia kembali ke Pakistan. Dengan menulis artikel selama di Inggris, ia dapat membayar sebagian biaya sekolahnya sendiri. Akhirnya ia pindah warga negara Inggris.

Tujuh tahun setelah menulis artikel ia akhirnya berhasil menulis novel berjudul Midnight’s Children tahun 1981. Dengan buku itu ia mendapat hadiah sastra Inggris Booker Prize. Buku ini isinya mengkritik perlawanan rakyat India untuk merdeka dari tangan Inggris. Sekitar setengah juta naskah terjual. Pada tahun 1983 ia menulis buku Shame tentang kondisi Pakistan. Buku The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey 1987 adalah hasil dari perjalanan 3 minggunya ke Nikaragua.

Gaya penulisannya adalah Realisme, namun dengan mengubah semua tokoh asli begitu juga tempat kejadian. Gaya penulisannya tidak mengikuti pakem yang ada selama ini. Dengan ini ia sesuka hati ia menulis apa saja dan menisbatkannya kepada siapa saja yang disukainya. Bukunya yang paling menyedot perhatian adalah The Satanic Verses yang dikenal dengan nama Ayat-ayat Setan. Buku ini ditulisnya pada tahun 1988.

Latar belakang penulisan buku Ayat-ayat Setan

Menganalisa cara berpikir Salman Rushdi dapat lacak dari keluarganya. Ibunya adalah seorang penari bernama Vanita. Pada masa remajanya ia disukai oleh seorang pemuda bernama Raju. Vanita beberapa kali lewat Salim Khan, gubernur Bombai, melakukan penghinaan terhadap masjid. Pernah ia meletakkan kepala babi di undak-undakan masjid kemudian lari menyembunyikan dirinya. Ia juga pernah membakar upacara orang-orang Hindu dan menyebarkan bahwa itu dilakukan oleh kaum muslimin. Setiap kali ia melakukan penghinaan, ia mendapat bayaran dari Salim Khan.

Rupanya Salim Khan juga tertarik dengan Vanita dan hendak mempersuntingnya. Sebagai jawabannya ia menjawab: “Aku menikah karena uang dan kalau engkau punya uang aku menjadi milikmu”. Setelah setuju, ia akhirnya menikah dan dibawa ke istana. Ia menghabiskan malamnya di istana Lord William dan sejak malam itu, ia tidak keluar-keluar dari istana.

Ketika Lord William dipanggil untuk kembali ke Inggris, ia berkata kepada Vanita: “Aku punya istri di Inggris dan ayahnya punya pengaruh kuat di sana. Aku tidak dapat membawamu ke sana”. Lord William pergi. Vanita kembali ke pelukan Raju yang masih menantinya. Setelah Vanita melahirkan anaknya ia meninggal. Raju membawa anak itu dan meninggalkannya di masjid. Seorang bernama Safdar menemukan bayi tersebut dan membawanya pulang ke rumahnya. Ia kemudian memberinya nama Salman. Ia besar di keluarga muslim.

Semenjak kecilnya ia terkenal nakal. Pada umur tiga belas tahun ia sudah tiga belas kali ditahan polisi. Pada masa itu, istri Lord William meninggal. Karena tidak punya anak dari istrinya, ia kemudian mengingat Wanita dan anaknya. Ia mengirim surat kepada Salim Khan untuk menemukan anaknya. Lewat Raju, Lord William menemukan Salman. Ketika tahu bahwa dia adalah anak dari seorang perwira inggris, ia sangat senang. Ia kembali ke rumah. Di rumah ia menemukan ibu angkatnya tengah menunaikan salat. Ketika sujud, ia menginjak kepala ibu angkatnya sehingga kepalanya terluka. Ia keluar dari rumah dan kemudian berangkat ke Inggris.

Ia kemudian di masukkan asrama melanjutkan sekolahnya di Inggris. Di sana ia berkenalan dengan Umar anak Mesir. Mereka kemudian menjalin percintaan dan sepakat untuk menikah. Mereka akhirnya membuka ajaran-ajaran agama yang memperbolehkan perkawinan sesama jenis. Mereka tidak menemukan ajaran yang memperbolehkan. Ketika Madame Rosa ibu asrama mengetahui gelagat ini, ia menyurati ayah Umar yang berpangkat jenderal. Ayahnya datang untuk membawa anaknya pulang ke Mesir. Umar yang begitu cinta kepada Salman akhirnya membakar dirinya. Setelah Umar meninggal, Salman sangat terpukul dan memutuskan untuk membalaskan dendamnya terhadap agama-agama.

Ayat-ayat Setan

Salman Rushdi menulis banyak buku. Bila jeli melihat karangan-karangannya, kebanyakan isinya menghina agama dan keyakinan masyarakat setempat. Dalam bukunya Grimus (1975), secara terang-terangan ia menghina keyakinan orang-orang India. Buku Shame (1983) ditulisnya juga dengan isi yang sama.

Midnight’s Children (1981) ditulis mengkritik perjuangan rakyat India untuk mendapatkan kemerdekaannya dari Inggris. Bukunya The Jaguar Smile: A Nicaraguan Journey (1987) terkait dengan situasi politik di Nikaragua dan keyakinan masyarakatnya.

Puncak penghinaannya terhadap agama dengan menulis novelnya yang berjudul The Satanic Verses (1988). Ia menulis buku ini pada usia 47 tahun. Sebelum ia menulis buku ini, ia ikut hadir dalam sebuah pertemuan yang bermaksud untuk menghancurkan agama tidak lagi dengan senjata, tapi dengan tulisan. Tujuan itu terealisasikan dengan diterbitkannya buku ini.

Untuk pertama kalinya ketika dicetak dalam 547 halaman. Buku ini dicetak oleh penerbit Viking anggota jaringan penerbit Penguin. Salman Rushdi menulis buku ini karena pesanan pimpinan Viking, seorang Yahudi, dengan bayaran gila-gilaan 850 ribu pound.

Buku Ayat-ayat Setan bukanlah buku ilmiah, melainkan hanya sekedar fantasi penulis. Sekalipun demikian, penghinaannya terhadap keyakinan yang disucikan oleh kaum muslimin tidak dapat dibiarkan begitu saja.

Untungnya, Imam Khomeini cepat tanggap rencana besar dibalik penerbitan buku ini. Beliau kemudian mengeluarkan fatwa hukuman matinya yang bersejarah. Fatwa ini membuat skenario besar itu prematur. Umat Islam tersadar dan ini membuat Barat lebih berhati-hati. Inggris sebagai pembela nomor satu Salman Rushdi mencoba menekan Iran dengan ancaman ekonomi dan politik agar Imam Khomeini menarik kembali fatwanya. Tidak cukup itu saja, dengan menggerakkan 12 negara lainnya mereka kemudian memburukkan citra Iran dan Imam Khomeini.

Di balik tekanan dari negara-negara Barat, keteguhan Imam Khomeini membuat mereka lelah dan kemudian pasif menerima. Di sisi lain, ini seperti meniupkan semangat baru ke dalam dunia Islam. Penerbit buku Ayat-ayat Setan, Viking, langsung mengeluarkan pernyataan: “Penerbit dan penulis tidak punya maksud menyakiti kaum muslimin. Kami sangat menyesal dengan kejadian ini. Penerbitan buku Ayat-ayat Setan dilakukan karena ditulis oleh seorang penulis top dan isinya fiktif. Penerbitannya karena menghormati kebebasan berekspresi. Salah satu prinsip demokrasi”.

Salman Rushdi sendiri dalam wawancaranya dengan CBS mengatakan:

“Buku ini punya dua khayalan yang coba saya hubungkan dengan munculnya sebuah agama yang mirip dengan Islam. Tapi ini sebuah Islam khayalan. Tokoh yang berkhayal dalam buku itu, pada intinya akalnya telah hilang, gila. Bila seorang berkhayal semacam ini, sangat aneh bila tulisan ini dianggap menghina Islam. Sama sekali saya tidak berniat itu”.

Sempat muncul bisik-bisik di Iran, bahwa bila Salman Rushdi bertobat, mungkin saja tobatnya diterima. Namun, hal ini ditolak oleh kantor Imam Khomeini. Bahkan disebutkan seandainya Salman Rushdi kemudian menjadi orang paling zuhud di muka bumi pun, membunuhnya adalah wajib.

Hukuman mati telah dihapus?

Imam Khomeini pada tahun itu juga, 1987, berbicara di hadapan para rohaniwan:

“Masalah buku Ayat-ayat Setan adalah rencana yang telah disiapkan dengan baik untuk menghancurkan akar ajaran Islam dan keberagamaan umat Islam. Puncak dari semua itu adalah Islam dan rohaniwan”.

Ketika fatwa Imam Khomeini tidak lagi diulang-ulangi, Barat mulai berani mengeluarkan isu bahwa fatwa Imam telah ditarik kembali. Isu ini dimunculkan tidak hanya sekali, tetapi dimuat berulang-ulang. Ayatullah sayyid Ali Khamene’i bereaksi dengan keras.

Pada musim haji dua tahun lalu beliau mengeluarkan pernyataan:

“Hukuman mati yang dikeluarkan oleh Imam Khomeini terhadap Salman Rushdi berlandaskan ayat-ayat al-Quran. Sebagaimana ayat-ayat lain yang kokoh dan tidak dapat dihapus, hukum ini tetap dan tidak dapat dihapus”.

Penutup

Penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw tidak pernah berhenti di Barat. Benar, Imam Khomeini pernah mengeluarkan fatwa hukuman mati atas Salman Rushdi. Namun, penghinaan terhadap Nabi Islam, Muhammad saw tidak pernah selesai. Permusuhan Barat terhadap Islam masih tetap berlangsung. Pemuatan karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw di Denmark masih satu jalur dengan Ayat-ayat Setan Salman Rushdi. Sekalipun didemo di mana-mana, masih saja di sebagian negara-negara seperti Inggris, Azerbaijan dan terakhir Prancis yang proses pengadilannya tengah berlangsung, melakukan penghinaan.

Masihkah Barat tidak ingin mengambil pelajaran dari fatwa ulama Islam seperti Imam Khomeini? Bila ditanya, mengapa kalian melindungi dan membiarkan orang-orang menghina keyakinan orang lain? Jawabannya adalah kebebasan berekspresi. Kebebasan berekspresi yang selalu dijajakan untuk menghina keyakinan orang lain. Pertanyaannya, adakah kebebasan yang memperbolehkan menghina keyakinan orang lain?

Qom, 24 Pebruari 2007

Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak


Peran lingkungan keluarga dalam membentuk kepribadian anak

Emi Nur Hayati Ma’sum Sa’id

Prolog

lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Kedua orang tua adalah pemain peran ini. Peran lingkungan dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya. Rasulullah saw bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan berdasarkan fitrah, Kedua orang tuanyalah yang akan menjadikannya dia yahudi atau Nasrani atau majusi”.[1]

Perlu ditekankan bahwa lingkungan tidak seratus persen mempengaruhi manusia, karena Allah menciptakan manusia disertai dengan adanya ikhtiar dan hak pilih. Dengan ikhtiarnya, manusia bisa mengubah nasibnya sendiri. Dalam tulisan ini penulis ingin mencoba mengkaji peran lingkungan keluarga dalam pembentukan pribadi seseorang.

Lingkungan adalah sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan dan potensi genetik seseorang dan ia berperan dalam menyiapkan fasilitas-fasilitas atau bahkan menghambat seseorang dari pertumbuhan.[2]

Lingkungan jika dihadapkan dengan genetik ia adalah faktor luar yang berpengaruh dalam pembentukan dan perubahan kepribadian seseorang baik itu faktor-faktor lingkungan pra kelahiran atau pasca kelahiran yang mencakup lingkungan alam, lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. Lingkungan sosial juga mencakup lingkungan keluarga, sekolah, mazhab dan sebaginya.

Pentingnya lingkungan

Lingkungan sosial manusia adalah faktor penting dalam pembentukan ciri khas kejiwaan dan norma manusia, bahasa dan adab serta kearifan lokal. agama dan mazhablah pada umumnya yang memaksakan lingkungan sosial terhadap manusia.[3]

Syahid Mutahhari berkata, “manusia meskipun ia tidak bisa memisahkan hubungannya dengan genetik, lingkungan alam, lingkungan sosial dan sejarah zaman secara keseluruhan, akan tetapi ia mampu melawannya sehingga bisa membebaskan dirinya dari ikatan faktor-faktor ini. Dari satu sisi manusia dengan kekuatan akal dan ilmunya dan dari sisi lain dengan kekuatan ikhtiar dan imamnya ia mampu melakukan perubahan pada faktor-faktor ini. Faktor-faktor ini ia rubah sesuai dengan kemauannya, sehingga ia menjadi pemilik bagi nasibnya sendiri.[4]oleh karena itu benar kalau kita katakan bahwasanya lingkungan memiliki peran mendasar dalam pembentukan kepribadian manusia akan tetapi bukan faktor penentu yang pasti karena manusia memiliki ikhtiar.

Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan inggris yang berarti persona atau personality yang berarti topeng. Akan tetapi sampai saat ini asal usul kata ini belum diketahui.[5]

Konteks asli dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial. hal ini diilustrasikan berdasarkan peran seseorang yang dimainkannya dalam masyarakat. Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan sebuah kepribadian kepada masyarakatnya dan masyarakat akan menilainya sesuai degan kepribadian tersebut.

Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima puluh arti akan tetapi definisi kepribadian yang penulis maksud di sini adalah himpunan dan ciri-ciri jasmani dan rohani atau kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan orang lain pada sisi dan kondisi yang berbeda-beda.[6]

Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah dan ibu. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya.

Kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Islam menawarkan metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah atau keyakinan, norma atau akhlak serta fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya bisa dilakukan dalam keluarga. Sekaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan di antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan hidup dan adab berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang mencakup pembacaan azan dan iqamat pada telinga bayi yang baru lahir, tahnik (meletakkan buah kurma pada langit-langit bayi, mendoakan bayi, memberikan nama yang bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan dibagikan kepada fakir miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan memberikan sedekah seharga emas atau perak yang ditimbang dengan berat rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini sangat berpengaruh pada jiwa anak.

Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupan. [7]

Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak.

Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.

Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat.[8] Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.

Banyak hadis yang mengisyaratkan tentang pengaruh genetik dan lingkungan dalam pendidikan anak. Hadis yang mengisyaratkan tentang pengaruh genetik, “Orang yang bahagia adalah orang yang sudah bahagia semenjak ia berada di dalam perut ibunya dan orang yang celaka adalah orang yang sudah celaka semenjak ia berada di dalam perut ibunya”.[9]

Hadis yang mengisyaratkan tentang pengaruh lingkungan: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia yahudi atau Nasrani atau majusi”.[10]

Faktor-faktor ini (genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing-masing saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lainnya harus dipertekankan lebih keras.[11]

Berdasarkan hadis Rasul saw yang mengatakan, “Anak adalah raja selama tujuh tahun pertama dan hamba pada tujuh tahun kedua serta teman musyawarah pada tujuh tahun ketiga”,[12] menunjukkan bahwa masa kehidupan anak dibagi menjadi tiga masa. Orang tua harus tahu bahwa cara menghadapi anak harus berdasarkan ketiga masa ini. jika kedua orang tua menjalankan dengan baik metode-metode yang diberikan Islam maka mereka nantinya bisa menyerahkan anak yang berkepribadian baik kepada masyarakat.

Betul, konteks kepribadian yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan positif dalam bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak.

Kedua orang tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya. Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam al-Quran, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia. Dengan demikian kedua orang tua dalam menghadapi anaknya baik dalam berpikir atau menghukumi mereka, akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam al-Quran.

Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya, maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik. Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan kepribadian mereka.[13]

2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak pilih.[14]

3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati sesamanya.[15]

4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat dan penting.[16]

5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak). Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya terhadap mereka. Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya maka anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan menyiapkan sarana penyelewengan anak.

Dan yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sini berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataran teoritis maupun praktis. Ayah dan ibu sebelum mereka mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak serta emosional kepada anak-anaknya, pertama mereka sendiri harus mengamalkannya. Sebagaimana Nabi Muhammad saw sebagai teladan bagi umatnya, pertama beliau sebagai pelakunya. Allah swt dalam al-Quran berfirman, “Sesungguhnya ada pada kalian teladan yang baik dalam diri Rasulullah saw.’[17] Dalam ayat lain Allah swt berfirman, “Sesungguhnya ada pada kalian teladan yang baik dalam diri Nabi Ibrahim as dan orang-orang yang bersamanya”.[18]


[1] . Al-Kulaini, Muhammad bin Ya’kub, Alkafi, Tehran, Dar-Al-Kitab Ali-Islamiyah, tahun 1413, jilid 7, hal 16, footnote 2.

[2] . Ahmadi Ali Asghar, farahani Muhammad Taqi, Rawan shenasi umumi, tingkat kardani pendidikan guru, Tehran,(sherkate cap wa nashre kitabhaye darsi iran) percetakan buku-buku pelajaran iran, 1368 HS, hal 61.

[3] . Muthahhari, Murtdha, Muqaddameh-i bar insan dar jahan bini islami, jil 4 (insan dar quran) Tehran, Sadra, cetakan ke 8, tahun 1373, hal 38.

[4] . Idem, hal 38.

[5] . Ahmadi Ali Asghar, farahani Muhammad Taqi, Rawan shenasi umumi, tingkat kardani pendidikan guru, hal 178.

[6] . Ibid hal 177.

[7] . Hasan Biklu, Behruz, Rawanshenasi khanewade, Sar Omade Kawush, Tehran, cetakan pertama, tahun 1380 HS, hal 145.

[8] . Hasan Biklu, Behruz, Rawanshenasi khanewade, hal 132.

[9] . Al-Muttaqi, Ala-Addin Hisyam-Addin, Hindi, Kanz-Al-Ummal Fi Sunan Al-Aqwal Wa Al-Af’al, jilid 15, hal 855.

[10] . Al-Kulaini, Muhammad bin Ya’qub, Al-kafi, cetakan kedua Tehran, Darul Kutub Al-Islamiah, tahun 1413 HS, jilid 7, hal 16, foot note 2.

[11] . Husein Zadeh, Ali, Sireh Tarbiyati Payombar wa Ahli Bait, jilid 1, Tarbiyate Farzand, Qom, Pazuheshkadeh Hauzah wa Danishgah, cetakan kedua, tahun 1382 HS, hal 40.

[12] . Tabarsi, Razi-Addin Abi Nasr-Al-Hasan bin Fadl, Makarim Al-Akhlak, Beirut, Darul Haura, tahun 1408 HQ, hal 115.

[13] . Dr. Shu’ari Nejat, Ali Akbar, Rawan Shenasi Rushd, Universitas Payame Nur, cetakan kelima, 1381 HS, hal 232.

[14] . Farhadian, Reza, Payehaye Asasi Sakhtare Shakhsiyat Insan dar Ta’lim wa Tarbiyat, Tauhid, cetakan pertama, 1376 HS, hal 44.

[15] . Ibid.

[16] . Ibid, hal 45.

[17] . Quran, Al-Ahzab: 21.

[18] . Quran, Al-Mumtahanah: 4.

Kamis, 22 Februari 2007

Surat terbuka Ayatullah Makarim Syirazi kepada ulama Wahabi


Surat terbuka Ayatullah Makarim Syirazi kepada ulama Wahabi

Bismillahirrahmanirrahim

Beberapa bulan yang lalu terjadi peristiwa yang sangat aneh dan langka di sebagian negara-negara Islam. Pada tanggal 16 Dzul Qa’dah 1427 H sebuah kelompok yang terdiri dari 38 ulama dan dosen menandatangani sebuah deklarasi. Ulama dan dosen Wahabi ini berasal dari universitas Ummul Qura dan universitas Malik Su’ud serta sebagian kecil dari sebagian wilayah Arab Saudi lainnya. Deklarasi itu adalah fatwa untuk membunuh orang-orang Syi’ah Irak dan Syi’ah seluruh dunia! Mereka menuduh orang-orang Syi’ah adalah Rafidhi Safawi, sekutu Amerika dan pelindung Israel yang membunuhi orang-orang Ahli Sunah.

Pada poin pertama dari deklarasi itu, setelah pendahuluan, perlu adanya mobilisasi terhadap media-media Arab untuk menyampaikan kepada seluruh kaum muslimin di dunia bahwa Syi’ah itu berbahaya. Syi’ah harus dicitrakan membunuh orang-orang Ahli Sunah. Tunjukkan bahwa orang-orang Ahli Sunah adalah orang-orang yang dianiaya. Deklarasi ini menyebutkan bahwa Syi’ah Irak ingin memecah negara Irak menjadi negara-negara kecil. Kawasan Selatan yang kaya milik Syi’ah, Utara dikuasai oleh Kurdi dan kawasan kecil di pusat Irak menjadi milik Ahli Sunah. Dalam lanjutannya disebutkan bahwa apa yang diambil secara paksa, maka harus direbut secara paksa juga. Perang adalah pilihan pertama dan Irak harus direbut dari Syi’ah. Bahkan orang-orang Kurdi juga harus dikeluarkan dari Irak.

Pada poin kedua disebutkan bahwa para pemikir dan ulama harus dimaksimalkan untuk berbicara di masjid dan pertemuan-pertemuan khusus atau umum. Mereka harus menjelaskan hakikat yang selama ini tersembunyi. Mereka harus menekankan kemazluman Ahli Sunah agar orang-orang Ahli sunah bangkit melawan Syi’ah.

Pada poin ketiga diserukan kepada seluruh orang-orang Ahli Sunah untuk membantu Ahli Sunah Irak sekuat tenaga, baik uang maupun persenjataan.

Poin keempat meminta kepada seluruh kelompok-kelompok Ahli Sunah di Irak untuk bersatu demi menghadapi Syi’ah. Istilahnya adalah menghadapi taghut Amerika, Rafidhi dan sekutu mereka. Ketiga kelompok ini harus dihancurkan. Maksud dari sekutu mereka adalah orang-orang Kurdi dan sebagian orang-orang Ahli Sunah yang moderat.

Poin kelima menyebutkan agar tidak boleh putus asa untuk menyebarkan semangat ini. Dalam masalah ini harus aktif. Karena masa kebatilan hanya sesaat, sementara kebenaran akan kekal hingga hari kiamat.

Belum pernah dalam sejarah Islam, ada fatwa yang semacam ini. Memerintahkan untuk perang saudara sesama muslim dan membunuh orang-orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat. Syi’ah sendiri meyakini bahwa mengalirkan darah seorang muslim; baik itu Syi’ah maupun Sunni, adalah sebuah dosa besar yang tidak terampuni.

Sekalipun ancaman semacam ini ada, kami tidak pernah takut sedikit pun. Di hadapan sikap dan aksi kekerasan yang tidak manusiawi ini, kami mengulurkan tangan persaudaraan. Kami akan mengatakan kepada mereka: “Saudaraku! Kalian telah salah jalan. Musuh kita orang lain”. Bila kalian tetap ingin menjalankan rencana kalian, niscaya Islam tidak tersisa lagi. Sebagai saudara, kami ingin menasihati kalian: “Lebih dari ini jangan lagi kalian rusak Islam ini! Jangan kalian memperkenalkan Islam sebagai agama kekerasan dan hanya milik orang-orang bodoh!

Terlepas dari semua itu, kenyataan keji dan berbahaya ini harus dipikirkan oleh semua kaum muslimin. Ada baiknya bila merenungkan beberapa poin berikut:

1. Deklarasi ini mengajak untuk membunuh saudara sendiri dan ratusan juta jiwa kaum muslimin. Deklarasi ini telah membunyikan tambur peperangan. Di seluruh dunia, Islam diperkenalkan sebagai agama kekerasan dalam bentuknya yang paling ekstrim. Hari ini, deklarasi ini menunjukkan bahwa musuh paling berbahaya adalah cara berpikir Wahabi ekstrim. Cara pandang yang melihat bahwa Syiah dan Ahli Sunah sama-sama kafir. Yang Islam hanya mereka saja. Ini dapat ditelusuri dalam buku Muhammad bin Abdul Wahhab. Mayoritas Ahli Sunah juga sangat tersiksa menghadapi mereka.

Sangat disayangkan, cara berpikir yang mendahulukan kekerasan sangat menghambat kemajuan Islam di dunia. Bahkan cara berpikir semacam ini menjadi problem besar dunia Islam sekarang. Padahal, dunia saat ini siap menerima Islam. Namun, bila mereka telah dekat dengan Islam, mereka melihat sekelompok kaum muslimin yang hobinya melakukan aksi teror dan tindak kekerasan. Sesaat mereka berbalik dari Islam.

2. Wahabi memperkenalkan Amerika sebagai salah satu dari faktor yang membahayakan stabilitas keamanan di Irak. Kami juga meyakini hal yang demikian. Namun semua tahu bahwa sebagian dari negara-negara Islam secara praktis merupakan sekutu Amerika di Timur Tengah. Orang-orang Amerika dengan bebas bisa berkeliling di negara-negara Arab itu terserah kemauannya. Mengapa Wahabi tidak memerangi mereka? Mengapa Wahabi menerima mereka dengan tangan terbuka, sementara di Irak mereka ingin mengangkat senjata berperang melawan Amerika?

3. Sesuai dengan pernyataan mereka bahwa Rafidhi Safawi adalah sekutu Amerika dan pembela Israel. Apakah mereka dapat memberikan keterangan mana negara Islam yang bertahun-tahun memutuskan hubungannya dengan Amerika dan diembargo? Masyarakat mana di Lebanon yang mampu mengalahkan Israel? Dan siapa yang selama ini mengadakan kerja sama dengan Israel? Ketika Hizbullah berperang melawan Israel, siapa yang mengharamkan segala bentuk bantuan kepada Hizbullah?

4. Apakah orang-orang Ahli Sunah Irak dibunuh oleh Syi’ah, ataukah orang-orang Ahli sunah dan sekutu mereka dari sisa-sisa anggota partai Ba’ts yang membantai orang-orang Syi’ah?

Apakah Ayatullah Sayyid Muhammad Baqir al-Hakim bersama tiga ratus orang di Najaf berasal dari Ahli Sunah?

Apakah lebih dari seribu orang di Kazhimain yang tewas berasal dari Ahli Sunah?

Kematian paling mengenaskan dalam beberapa tahun terakhir ini di Hilla. Di sana tewas 400 orang dan semuanya dari Syi’ah. Apakah pembantaian ribuan orang yang terjadi di Kufah, Karbala, Najaf dan Hilla dilakukan juga oleh orang-orang Syi’ah?

5. Kalian mengatakan bahwa apa yang diambil secara paksa harus direbut kembali secara paksa. Tahukah kalian bahwa pemerintah Irak saat ini terbentuk setelah melalui pemilihan bebas yang diawasi oleh pengawas internasional. Setelah itu dipilih secara demokrasi anggota parlemen, presiden dan perdana menteri. Hal yang belum pernah terjadi di negara Arab Saudi, tempat tinggal kalian. Kalian mengatakan bahwa mereka mengambil kekuasaan dengan kekerasan. Apakah kalian ingin mengatakan bahwa negara kalian adalah negara yang muncul berdasarkan demokrasi?

6. Mungkin akan sangat baik sekali bila kita menengok data statistik yang ada. Irak terdiri dari lebih dari 60 persen Syiah, 20 persen Kurdi sunni dan 20 persen Arab Sunni. Dengan data ini, kalian ingin mengatakan bahwa 20 persen Arab Sunni harus berkuasa atas 80 persen dari jumlah penduduk Irak lainnya? Itupun dengan kekerasan? Selain itu, pekerjaan seperti itu di dunia kini adalah tidak mungkin. Tidak masuk akal dan juga tidak logis. Buat seorang awam saja hal ini tidak masuk akal, bagaimana bisa para ulama dan dosen percaya dengan logika seperti ini?

7. Siapa yang membuat karikatur yang menghina Nabi Muhammad saw?

Siapa yang menulis buku ayat-ayat setan dan siapa yang melindungi penerbitan buku itu?

Siapa yang menganggap Islam sebagai agama kekerasan dan barbar?

Siapa yang menguasai Masjidul Aqsha, kiblat pertama kaum muslimin dan menjadikannya sebagai ibu kotanya? Saat ini, tanah-tanah kaum muslimin di bawah cengkeraman tentara mereka.

Kalian meninggalkan semua itu dan mengobarkan peperangan sesama kaum muslimin yang manfaatnya kembali kepada musuh-musuh Islam.

Apakah rasa cinta kalian kepada agama yang memerintahkan kalian melakukan hal ini?

8. Deklarasi yang kalian tanda tangani bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran dan hadis.

Apakah kalian lupa al-Quran mengatakan: “Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya)” (Nisa’: 94).

Apa yang membuat kalian ingin membunuh kelompok besar dari kaum muslimin yang beriman sebagai kafir? Mereka yang punya andil besar untuk perkembangan serta kemajuan Islam.

Apakah kalian telah lupa dengan hadis yang disampaikan berulang-ulang oleh Nabi Muhammad saw: “Siapa saja yang mengucapkan dua kalimat syahadat, maka jiwa, harta dan kehormatannya dilindungi”. Mengapa kalian menginjak-injak hadis ini?

Apakah kalian lupa Allah berfirman: “Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu” (Anfal: 46). Apakah dengan perang yang ingin kalian kobarkan di Irak yang hasilnya adalah tewasnya kaum muslimin dari kedua belah pihak tidak membuat kaum muslimin menjadi lemah di hadapan musuh Islam?

9. Bila klaim kalian benar, mengapa kalian tidak mengamalkan ayat yang berbunyi: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya” (Hujurat: 9) Mengapa kalian malah mengobarkan perang, padahal pihak lain mengulurkan tangan persahabatan terhadap kalian? Apakah perilaku seperti ini sesuai dengan al-Quran?

Dalam deklarasi yang kalian tanda tangani tersisip sebuah hadis dari Nabi Muhammad saw yang diriwayatkan dalam buku Sahih Muslim. Nabi Muhammad saw bersabda: “Allah menjanjikan bahwa musuh Islam tidak akan dapat menguasai kaum muslimin. Bila ada masalah yang terjadi, maka itu muncul dari perselisihan kaum muslimin sendiri”!

Kalian menukilkan hadis ini, tapi mengamalkan sebaliknya!

Apakah Nabi Muhammad saw tidak pernah memberikan aturan dalam berperang bahwa ketika berperang melawan kaum musyrikin, anak-anak dan wanita jangan dibunuh. Bagaimana mungkin kelompok dari kalian melupakan aturan Islam yang sangat manusiawi ini, ketika menghadapi sekelompok dari kaum muslimin? Dengan teror, kalian membantai semuanya.

10. Bila sebagian dari kepala-kepala negara Islam tidak mengindahkan aturan Islam ini, masih dapat diterima. Tapi, bila itu tidak diperhatikan oleh orang-orang yang disebut sebagai ulama sangat mengherankan. Mudah-mudahan mereka tidak diperalat oleh pemerintah.

Al-Quran menyebutkan bahwa pembunuhan terhadap seorang muslim mendapat laknat dari Allah, azab ilahi yang sangat pedih dan bakal kekal di neraka. “Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya” (Nisa’: 93).

Sesungguhnya, ayat ini membuat orang yang mendengarnya bergetar. Bila seseorang menjadi penyebab bagi terbunuhnya ribuan bahkan jutaan kaum muslimin, apa yang bakal diterimanya di hari kiamat?

11. Deklarasi yang kalian tanda tangani menunjukkan bahwa kalian mengidap penyakit buruk sangka kronis terhadap Syi’ah dan pengikut Ahlul Bait. Sumbernya adalah propaganda musuh. Merasa cukup dengan data yang didapat dari isu. Menjadikan perbuatan orang-orang awam sebagai tolok ukur. Tidak pernah melakukan pendekatan dan menghakimi secara in absentia.

12. Kami mengumumkan kepada kalian bahwa ulama Syi’ah siap hadir dalam pertemuan-pertemuan kedua belah pihak ulama. Siap melakukan dialog dan diskusi dalam lingkungan persaudaraan. Ulama Syi’ah siap untuk membuktikan bahwa tuduhan yang selama ini dialamatkan ke Syi’ah hanyalah buruk sangka, propaganda musuh dan perilaku orang-orang ekstrim. Sangat tepat sekali bila dalam pertemuan itu, seluruh dari mereka yang memberikan fatwa untuk membantai semua orang Syi’ah, untuk hadir.

Selama empat tahun setelah lengsernya Sadam, ulama Syi’ah senantiasa mengajak agar semua kelompok dan rakyat Irak untuk tidak terlibat dalam konflik sektarian dan perang saudara. Saat ini, tiba giliran ulama dan pemikir Ahli Sunah untuk mengamalkan kewajiban mereka. Ulama Ahli Sunah harus berani menjelaskan kepada kelompok-kelompok yang tidak sadar ikut dalam skenario perang antara sesama muslim, untuk tidak lagi melakukan hal itu. Jangan sampai kehormatan Islam yang ada ini semakin jatuh di mata dunia. Dan yang lebih penting lagi, agar jangan sampai terulang kembali tumpahnya darah manusia tidak berdosa. Jangan sampai mereka mempermainkan hukum Islam yang diterima oleh semua kaum muslimin.

“Ya Tuhan kami! Berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil)” (A’raf: 89).

“Ya Tuhan kami! Ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami! Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang" (Hasyr: 10).[infosyiah]

Minggu, 18 Februari 2007

Tour Ke Akherat


Bismillah Ar Rahman Ar Rahim

Tour Ke Akherat

Guna kelancaran perjalanan anda isi formulir di bawah ini sebagai berikut:

Nama lengkap : manusia

Nama ayah : Adam

Nama ibu : Hawa

Kebangsaan : Tanah

Tempat tinggal : Bumi

Dikeluarkan di : Dunia

Tujuan : Alam Barzakh

Hal-hal yang diperlukan:

Dua meter kain putih, amal saleh, melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan, melakukan amar makruf dan nahi mungkar, doa kedua orang tua dan kaum muslimin, salat di awal waktu, mengakui wilayah para Imam, takwa dan iman.

Empat poin penting yang perlu menjadi perhatian calon musafir:

1. Guna kelancaran penerbangan, sangat diharapkan kepada setiap calon musafir membayar zakat dan khumus.

2. Dilarang membawa kekayaan, pangkat, rumah dan mobil ke bandara.

3. Sebelum berangkat hendaknya berpesan kepada yang akan ditinggal agar tidak melakukan hal-hal seperti; pengalungan bunga, batu nisan yang mahal, acara besar-besaran, dll.

4. Dilarang membawa barang tambahan seperti; hak orang lain, ghibah, bohong, dll.

Ada yang kurang jelas? Segera hubungi Quran dan Sunnah Nabi.

1. Pulsa gratis

2. Langsung kepada yang dituju

3. Tanpa nomor tunggu

4. Pelayanan 24 jam non stop.

5. Bila ada masalah, sebelum berangkat anda dipersilahkan menghubungi nomor telepon di bawah ini:

1. Al-Baqarah ayat 186

2. An-Nisa' ayat 45

3. At-Taubah 129

4. Al-A'raf ayat 55

5. At-Thalaq ayat 2 dan 3

Bila nomor-nomor di atas menurut anda belum memberikan jawaban yang memuaskan, anda dapat menguhubungi semua nomor ayat yang ada dalam Al Quran.

Selamat melakukan perjalanan...

Penanggung jawab

Malaikat Izrail