Minggu, 08 April 2007

Wawancara dengan Musa Ahmad Qashir pejuang Hizbullah dalam perang 33 hari

Wawancara dengan Musa Ahmad Qashir pejuang Hizbullah dalam perang 33 hari

Musa Ahmad Qashir (MAQ) adalah sahabat Syahid Ahmad Qashir yang terkenal dengan bom bunuh dirinya. Ia berasal dari desa Dir Qanun an-Nahr bagian dari kota Shur di lebanon Selatan. Ia termasuk salah satu anggota senior sayap militer Hizbulah.

FARS: Sudikah Anda menjelaskan perjuangan Hizbulah selama 33 hari. Tentunya, kami akan sangat senang sekali bila Anda bersedia mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang belum dibocorkan media?[1]

MAQ: Sebelum menjelaskan masalah ini, ada satu hal penting yang perlu saya tekankan di sini. Hizbulah bukan penyebab perang 33 hari. Sesuai dengan janji Hizbulah yang disampaikan oleh Sayyid Hasan Nasrulah kepada rakyat lebanon bahwa Hizbulah akan membebaskan sanak keluarga mereka yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Setelah peristiwa pembebasan tanah lebanon oleh Hizbulah dan mundurnya Israel dari Selatan lebanon, ada kesepakatan antara Amerika dan Israel untuk menghancurkan Hizbulah. Kesepakatan itu akan dilaksanakan pada bulan Juli bertepatan dengan bulan Ramadhan. Modulnya adalah bertepatan dengan pidato Sayyid Hasan Nasrulah di hari Quds pesawat-pesawat tempur Israel akan menyerang dan membom tempat pertemuan tersebut. Pemboman besar-besaran itu akan menewaskan Sayyid Hasan Nasrulah dan pejabat-pejabat penting Hizbulah sekaligus masyarakat pendukung Hizbulah. Itu adalah langkah awal. Setelah pemboman tersebut, Israel akan melakukan serangan besar-besaran untuk menghancurkan kekuatan militer Hizbulah.

Sedianya, rencana Amerika dan Israel demikian. Namun, penyanderaan dua prajurit Israel lebih cepat dua bulan dari rencana sebelumnya. Ini membuat rencana mereka dimajukan lebih cepat dua bulan dari rencana yang telah ditetapkan. Bush dan Olmert tidak mengerti strategi perang karena bukan prajurit sebelumnya. Berbeda dengan Sharon yang memiliki kecakapan strategi perang. Sharon mengerti kekuatan militer Hizbulah. Pada akhirnya, Bush dan Olmert mendesak untuk strategi yang telah disiapkan agar dimajukan. Di saat yang sama, komandan pasukan gabungan Israel mengajukan keberatan karena tidak siap untuk melakukan serangan sekarang. Namun, perintah telah dikeluarkan dan perang dimulai.

Strategi mereka pada Minggu pertama adalah melakukan pemboman besar-besaran sehingga sebagian besar kekuatan Hizbulah dapat dilumpuhkan. Setelah melakukan serangan dari udara, dimulailah serangan melalui jalur darat. Pada saat yang bersamaan, angkatan udara Israel menyerbu Suriah dan angkatan udara Amerika menyerang Iran.

Amerika tidak punya keinginan untuk berperang dengan Iran. Tapi pada waktu itu mereka ingin memberikan pelajaran kepada Iran dengan serangan itu agar Iran mengalami kerugian besar. Dengan serangan itu, Amerika berharap Iran mau mengikuti syarat-syarat yang ditetapkannya. Rencana ini dilakukan di lebanon dengan membom titik-titik kekuatan Hizbulah. Harapan mereka lebih dari seribu pos-pos kekuatan Hizbulah bakal hancur. Ternyata setelah seminggu pemboman Sayyid Hasan Nasrulah muncul di televisi dan mengumumkan bahwa dalam serangan itu tidak seorang pun dari pasukan Hizbulah yang syahid.

Salah satu sebab mengapa tidak ada satu pun dari pejuang Hizbulah yang tewas adalah kesigapan Hizbulah menghadapi kondisi darurat. Setelah menyandera dua prajurit Israel, semua pos-pos Hizbulah telah dikosongkan. Masyarakat juga diperintahkan untuk keluar dari kawasan yang berbatasan dengan Israel. Dengan cara ini, pasukan Israel tidak berhasil mencapai target Minggu pertama serangan mereka.

Pada hari kelima, Ahmadi Nejad mengumumkan bahwa kapal-kapal perang Amerika di Teluk Parsi akan disandera oleh Iran. Bush tidak mengerti sindiran itu dan dengan mudahnya Hizbulah menghantam dan menenggelamkan kapal perang modern Israel. Setelah serangan itu, Bush menyadari Iran dalam 15 hingga 20 detik seluruh kapal perang Amerika di Teluk Parsi dapat dihancurkan oleh Iran sekalipun dengan gambaran bahwa Amerika berhasil menyerang Teheran dan Isfahan.

FARS: Bagaimana reaksi Israel setelah serangan Minggu pertama, apakah rencana mereka berhasil?

MAQ: Komandan pasukan gabungan Israel setelah Minggu pertama mengumumkan bahwa setiap titik yang diduga ada pasukan Hizbulah telah kami bombardir dan hancurkan. Apa yang kami mampu hanya ini. Sekarang kondisikan agar dapat dilakukan gencatan senjata dan perundingan. Di sini, Bush kemudian mengambil alih kepemimpinan. Bush tidak menginginkan gencatan senjata. Perang harus dilanjutkan. Campur tangan Bush ini dimanfaatkan dengan baik oleh Israel dengan menyiapkan list senjata dan amunisi yang selama ini terbatas dimiliki oleh Amerika untuk menguatkan persenjataan mereka. Bom-bom curah (cluster) generasi baru, bom-bom berpandu laser dan banyak lagi senjata modern yang sebelumnya hanya dipakai oleh pasukan Amerika ada pada list tersebut. Ketika pasukan Israel telah dilengkapi dengan senjata-senjata paling modern, dimulailah serangan darat. Dalam serangan darat Israel menurunkan tank Merkava generasi ke empat, generasi paling canggih. Tank ini mampu menghancurkan sasaran hingga radius 6 kilo meter.

Pasukan Hizbulah memberikan kesempatan kepada pasukan angkatan darat Israel selama tiga hari memasuki kawasan Khiyam dan Aita Syi’b. Sekitar 35 tank Merkava menyerang kota Khiyam. Bila dibandingkan, dengan luasnya kota Khiyam, 35 buah tank jelas terlalu banyak. Perlawanan gigih yang ditunjukkan oleh pasukan Hizbulah berhasil menghancurkan 23 tank Merkava. Orang-orang Israel berkata bahwa kami tidak mengerti bagaimana caranya tank-tank dapat hancur! Hasil dari kekalahan Israel dalam serangan darat adalah negara-negara seperti Turki atau Amerika yang telah memesan sebanyak 400 buah tank Merkava membatalkan rencana pembelian itu. Pemerintah Israel sendiri mengumumkan untuk tidak lagi memproduksi tank Merkava. Pemerintah Israel meyakini bahwa kerugian industri persenjataannya lebih dari kerugian akibat peperangan itu sendiri.

Israel tidak mampu mengirimkan pasukan angkatan daratnya di kota Aita Syi’b. Melihat itu, mereka menurunkan pasukan penerjun lewat helikopter dan mengobrak-abrik sebuah sekolah. Mereka mendapat informasi bahwa pasukan Hizbulah berada di sana. Sekitar 40 pasukan Israel diterjunkan untuk menghabisi pasukan Hizbulah. Tepat ketika helikopter mengudara sekolahan tadi meledak dengan hebatnya. Ternyata pasukan Hizbulah sigap akan serangan itu dan sebelum pasukan Israel tiba mereka telah pergi dan meletakkan bom di sana.

Ini dua contoh kegagalan Israel melakukan serangan lewat darat. Memahami kondisi yang sulit pasukan Israel merasa cukup sampai di Bintul Jubayl. Tempat di mana pada tahun 2000 Sayyid Hasan Nasrulah menyampaikan pidatonya yang terkenal “Israel lebih lemah dari sarang labah-labah”. Pasukan Israel mencoba menguasai kawasan ini untuk mendapatkan poin setelah keluar dari sana enam tahun yang lalu. Mereka berusaha keras dan banyak yang tewas. Beberapa helikopter, sebuah pesawat tempur dan kapal perang mereka hancur. Hasilnya juga nihil karena mereka tidak mampu menguasai kota ini. Israel sendiri mengakui sekitar 124 tank merkava, tank terkuat di dunia, hancur.

Israel memiliki pasukan komando khusus. Namun, setiap kali diterjunkan untuk menghadapi pasukan Hizbulah, mereka harus menelan pil pahit kekalahan. Akhirnya, karena tidak punya pilihan lain mereka mengirimkan pasukan elitnya yang pernah ditugaskan untuk menyandera beberapa orang Palestina di Etiopia, mereka mengobrak-abrik lapangan udara dan akhirnya berhasil membebaskan beberapa sandera Israel. Pasukan elit Israel ini ketika berhadap-hadapan dengan pasukan Hizbulah di daerah Anshariah, 13 orang anggotanya tewas. Betapa pentingnya pasukan ini sehingga Israel siap untuk menukar jasad mereka dengan seluruh tawanan lebanon.

FARS: Bagaimana kondisi rakyat lebanon yang tinggal di sekitar lebanon Selatan selama peperangan terjadi?

MAQ: Yang lebih penting dari peperangan adalah usaha melindungi masyarakat. Hizbulah pada perang 33 hari tidak hanya mengurusi perang dengan Israel. Ada sekitar satu juta setengah masyarakat yang hidup di kawasan terjadinya peperangan. Hizbulah bukan sebuah negara, di samping itu pemerintah lebanon sendiri tidak membantu masyarakat lebanon Selatan. Terlebih-lebih lagi karena kawasan ini lebih didominasi oleh orang-orang Syi’ah. Pemerintah tidak memperhatikan masyarakat. Hizbulah melakukan tugasnya di sela-sela perang menghadapi Israel untuk membantu masyarakat dimulai dari kebutuhan bahan pokok hingga masalah tmpat tinggal.

Ketika perang terjadi, pemerintah lebanon berperan sebagai boneka Israel. Pemerintah memberikan dukungan kepada Israel. Seluruh sistem komunikasi lebanon dibiarkan terbuka sehingga Israel dapat melakukan penetrasi ke sana. Oleh karenanya, Hizbulah tidak mungkin untuk mempergunakan telepon rumah, telepon genggam bahkan walkie talkie.

Sebagian besar analis perang terheran-heran, selama 33 hari bagaimana anggota Hizbulah saling berkomunikasi. Israel sendiri menegaskan bahwa pasukan Hizbulah telah terbagi-bagi dalam kelompok-kelompok terpisah. Antara setiap kelompok dengan lainnya tidak bisa melakukan komunikasi, tercerai berai. Sebagai jawaban, Sayyid Hasan Nasrulah muncul di televisi dan secara langsung memerintahkan pasukannya untuk menghantam kapal perang Israel dengan rudal-rudal yang telah disiapkan. Kepada pemirsa Sayyid Hasan Nasrulah meminta agar melihat kapal perang Israel. Ini untuk pertama kalinya di sebuah perang ada perintah serangan yang disiarkan secara langsung lewat televisi. Ketelitian dan kerja sama yang kompak dari pasukan Hizbulah sulit dimengerti oleh pasukan Israel dan para analis perang.

Adapun masalah bantuan Hizbulah kepada rakyat sipil. Tepat di saat Hizbulah menghadapi perang sengit dengan Israel yang menyerang dari laut, udara dan darat dengan dibantu oleh Amerika dan sebagian negara-negara Eropa, Sayyid Hasan Nasrulah tidak melupakan perhatiannya terhadap rakyat. Ketika terjadi perang dan sedang sengit-sengitnya, Hizbulah menggiring masyarakat ke tempat-tempat aman. Tidak itu saja, masalah kebutuhan bahan pokok, tempat tinggal bahkan masalah kesehatan juga diperhatikan oleh Hizbulah. Hal yang perlu diingat, selama perang 33 hari, sekitar 1330 terjadi kelahiran yang ditangani dengan baik oleh Hizbulah. Jumlah yang lahir berkali-kali lipat dari data korban yang meninggal di perang 33 hari.

Sayyid Hasan Nasrulah senantiasa mengingatkan kader-kader Hizbulah untuk senantiasa menghormati rakyat. Kehormatan dan kemuliaan rakyat harus dijaga. Buat Sayyid Hasan Nasrulah ini masalah penting. Beliau mengerti bagaimana pemerintah secara sengaja dan terang-terangan menghina rakyat. Mereka menginginkan agar rakyat tidak lagi memberi dukungan kepada Hizbulah. Hizbulah, menurut pemerintah, adalah penyebab semua kesulitan ini. Namun, dengan taufik Alah, Alhamdulilah mereka tidak mampu menghina rakyat.

FARS: Kondisi dalam negeri lebanon sendiri bagaimana. Khususnya penentangan kelompok 14 Maret terhadap Hizbulah. Khususnya, dengan melihat sikap Hizbulah yang ingin menurunkan pemerintah yang ada dan rencana apa yang ada untuk ke depan?

MAQ: Pimpinan redaksi koran Ad-Diyar, seorang Kristen Maroni, memberikan julukan yang bagus untuk kelompok 14 Maret ini. Ia mengatakan kita jangan menyebut mereka kelompok 14 Maret, lebih tepat bila kita katakan “Yahudi Dalam”. Maksudnya ada sekelompok Yahudi Zionis di Israel dan ada sekelompok lainnya di lebanon. Menurut saya ungkapan itu sangat tepat, karena mereka membantu Israel lebih dari orang-orang Yahudi Israel sendiri.

Sebelum terjadinya perang 33 hari, mereka sangat agresif menyerang Hizbulah dan memprovokasi negara lebanon untuk melucuti senjata Hizbulah. Menyikapi mereka, Sayyid Hasan Nasrulah mengajak kelompok-kelompok lebanon untuk melakukan perundingan. Menanggapi ajakan Sayyid HAsan Nasrulah telah diadakan sekitar 8 kali perundingan dan Hizbulah sebagai pihak yang berpengaruh pada waktu itu. Kesimpulannya, dalam sistem pertahanan lebanon, Hizbulah diikutkan sebagai sebuah kekuatan dan itu disepakati. Kelompok-kelompok pro Israel menyampaikan pesannya kepada Israel bahwa dalam perundingan mereka kalah. Setelah ini, kalian sendirilah yang harus menyelesaikan masalah ini. Amerika tidak akan melakukan serangan secara langsung dan berhadap-hadapan dengan Hizbulah. Karena bila mereka kalah, maka sebagai negara super power akan sangat memalukan sekali. Bila selama 4 tahun bercokol di Irak sekitar 4 ribu tentara Amerika yang tewas[2], maka dalam waktu sebulan tentara mereka akan tewas dalam jumlah yang sama. Tugas ini lalu dilimpahkan ke pundak Israel untuk melucuti Hizbulah dan menghancurkannya.

Selama masa perang 33 hari, kelompok “Yahudi Dalam” melakukan kerja sama dengan Israel. Mereka meyakini komentar Rise, menteri luar negeri Amerika, bahwa Hizbulah akan kalah. Rise memberikan kepada mereka agar melakukan tugas-tugas dan bila keesokan harinya kalian masih melihat Sayyid Hasan Nasrulah masih hidup, maka akan dapat kalian lihat dia di Guantanamo.

Kelompok “Yahudi Dalam” sebelum perang terjadi melakukan aksinya secara diam-diam. Dengan janji Rise, mereka menampakkan wajah aslinya. Bahkan Saad Hariri secara terang-terangan mengatakan bahwa setelah perang berakhir, Sayyid Hasan Nasrulah akan diperadilankan. Junbalat dan kroni-kroninya berkata bahwa perang tidak akan berakhir sampai Hizbulah berhasil dilucuti senjatanya. Tidak itu saja, menteri dalam negeri lebanon pun ikut mencatut dirinya sebagai boneka Israel dengan statemennya bahwa perang akan berakhir bila Hizbulah telah dilucuti senjatanya.

Perang selesai. Kelompok-kelompok ini mulai bersikap defensif dan berusaha sebisa mungkin untuk tetap menjaga posisinya. Sayyid Hasan Nasrulah dengan akhlaknya yang khas berbicara kepada seluruh rakyat lebanon bahwa Hizbulah adalah pemenang perang 33 hari. Dan kepada musuh-musuh dalam selimut ia menjamin bahwa Hizbulah tidak akan membalas dendam. Oleh karenanya sekarang mereka berusaha lewat undang-undang untuk melucuti senjata Hizbulah. Setelah gencatan senjata dan pasukan perdamaian PBB telah diturunkan di kawasan lebanon Selatan, mereka akan melucuti senjata Hizbulah. Dan sesuai dengan pasal 7 dari draf resolusi PBB, pasukan perdamaian PBB berhak untuk menyerang Hizbulah.

Hizbulah tidak menyetujui pasal ini dan Hizbulah juga punya hak untuk menyerang pasukan perdamaian PBB. Hizbulah bersikeras landasan hukum pasukan keamanan PBB dengan pasal 6 baru resolusi itu diterima. Amerika akhirnya menerima usulan Hizbulah. Sesuai dengan pasal 6 pasukan PBB tidak punya hak untuk ikut campur dan hanya berhak untuk mencegah.

Dengan dasar ini, 15 ribu pasukan perdamaian PBB memasuki lebanon Selatan disertai dengan 15 ribu pasukan lebanon. Kelompok “Yahudi Dalam” membayangkan bahwa 30 ribu pasukan dapat melucuti senjata Hizbulah bila presiden panglima angkatan bersenjata diganti.

Melihat rencana ini, Hizbulah cepat-cepat melakukan manuver untuk mencegah terjadinya perang dalam negeri yang lebih dahsyat. Untuk itu diumumkan bahwa harus terjadi perombakan kabinet. Hizbulah dan kelompok-kelompok yang pro dengan mereka harus memegang sekurang-kurangnya sepertiga dan ditambah satu kursi salah satu dari menteri di parlemen. Dengan ini diharapkan secara undang-undang kabinet tidak dapat memutuskan untuk melucuti senjata Hizbulah.

Kelompok-kelompok “Yahudi Dalam” saat ini tidak setuju dengan usulan Hizbulah. Mereka tidak mau dibentuknya sebuah kabinet persatuan. Hizbulah melancarkan rencana keduanya dengan mengajak rakyat turun ke jalan dan meminta pemerintah turun. [saleh l]



[1] . Wawancara ini dinukil dari kantor berita FARS yang dimuat ulang dalam koran mingguan Partu Az Sukhan no. 358, tanggal 13 Desember 2006.

[2] . Selama ini, jumlah tentara yang diumumkan secara resmi oleh pemerintah Amerika hanya berkaitan dengan tentara yang tewas dalam menjalankan tugas. Sementara mereka yang sakit dan terluka lalu meninggal tidak terhitung sebagai korban perang; baik setelah itu tewas di Irak atau di tempat lain. (-pent)

Tidak ada komentar: