Sabtu, 03 Maret 2007

Ahmadi Nejad: “Ini kartu Anda, terjatuh...”


Ahmadi Nejad: “Ini kartu Anda, terjatuh...”

Saleh Lapadi

Sore itu tanggal 24 September 2006 saya dihubungi oleh seorang teman yang semula ditunjuk untuk menjadi penerjemah utusan Indonesia yang ikut dalam perlombaan qira’ah, tafsir dan hafalan al-Quran. Karena berhalangan, ia meminta saya untuk menggantikannya. Saya menerima. Sebelumnya, saya tidak diberitahukan berapa lama dan apa yang saya harus lakukan. Ternyata waktunya sembilan hari. Saya tidak dapat menolak lagi setelah terlanjur mengiakan. Namun, ternyata kesediaan saya berbuah berkah.

Sebelum acara pembukaan para tamu di bawa ke tempat Ayatullah Sayyid Ali Khamene’i. Setelah selesai acara ramah tamah dan buka puasa bersama, para tamu kemudian dibawa ke gedung tempat pembukaan dan perlombaan berlangsung. Setelah masuk dan mencarikan tempat serta mendudukan para tamu, saya duduk di belakang peserta Indonesia. Setelah acara dibuka oleh MC, saya sempat tertidur dua kali hingga Ahmadi Nejad, presiden Iran masuk ke ruangan. Acara sempat dihentikan untuk menyambut kedatangan beliau. Dengan kesederhanaannya beliau masuk dan kemudian duduk di depan; kursi kehormatan. Sebelum beliau naik ke podium memberikan sambutan sekaligus membuka acara lomba, sempat diadakan acara seremonial pemberian cindera mata dari Iran kepada Sayyid Hasan Nasrullah yang kebetulan diwakili oleh seorang tamu yang menjadi juri pada perlombaan kali ini.

Setelah selesai acara, ketika hendak keluar dari ruangan, Ahmadi Nejad dikerubungi oleh orang-orang baik yang sekedar berbicara, salaman dan lain-lain. Melihat keadaan itu, saya juga ingin bersalaman. Namun, melihat kerumunan orang yang padat sepertinya tidak mungkin. Meskipun demikian, saya tetap maju ke depan dengan harapan bisa bersalaman dengannya.

Pengawal pribadinya dan keamanan ruang meminta kepada orang-orang Iran untuk memberikan kesempatan kepada tamu dari luar untuk bersalaman dengan beliau. Melihat kesempatan ini, dengan sengaja menunjukkan kartu tanda pengenal, saya maju ke depan. Ahmadi Nejad kira-kira dua meter di depan saya. Ia merangkul seorang teman dari Afrika. Saya melihat beliau mendekap teman tersebut dengan rapat. Saya lalu sempat berkhayal bagaimana kalau saya juga diperlakukan demikian. Ia tidak memilih-milih. Sikapnya sama terhadap semua orang. Bagaikan seorang ayah yang merangkul anaknya. Saya dapat merasakan hawa keikhlasan beliau dengan sikapnya.

Tingal seorang untuk sampai pada giliran saya. Setelah menyodorkan tangannya, beliau lalu menarik saya ke dalam dekapannya sambil tidak lupa saya mengatakan kalau saya orang Indonesia. Saya tidak tahu sudah ke berapa kalinya saya mencium beliau. Tiba-tiba saya dikejutkan karena beliau lalu membungkuk. Saya masih sempat melihat kertas dan pena yang berada di tangannya. Setelah beliau agak berdiri saya baru melihat kalau beliau tengah memegang kartu pengenal saya yang sempat terjatuh. Beliau berkata, “Ini kartu anda, terjatuh...”

Saya sempat seperti orang yang tidak sadar diperlakukan seperti itu oleh beliau. Namun, keadaan ini tidak berlangsung lama, karena pengawalnya telah menarik tangan saya dan memberikan isyarat agar mundur memberikan kesempatan kepada orang lain yang ingin bertemu dengan beliau.

Malam itu sepertinya tidur paling nyenyak yang pernah saya rasakan.

Terima kasih Allah

Tidak ada komentar: