Sabtu, 16 Juni 2007

Peledakan Samarra dan Timur Tengah Baru

Peledakan Samarra dan Timur Tengah Baru

Saleh Lapadi

Masih hangat beritanya ketika 16 bulan yang lalu tepatnya tanggal 22 Pebruari 2006, 20 orang teroris memaksa masuk Haram Imam Hasan Askari dan Imam Hadi as. Mereka membawa 215 kg bahan peledak dan akhirnya meledakkan Dharih kuburan Imam dan membuat kubahnya rusak berat. Seluruh kaum muslimin tersentak atas perbuatan biadab itu.

Kemarin hari Rabu tanggal 13 Juni jam 09:00 pagi kelompok teroris kembali memaksa masuk ke Haram. Anggota kelompok teroris ini telah memasuki Haram sejak jam 3 subuh. Setelah membunuh penjaga Haram, mereka mulai menempatkan bom di kedua menara Haram. Pertama mereka meratakan dengan tanah menara di samping kiri dan lima menit kemudian meledakkan menara sebelah kanan sehingga tinggal setengahnya. Begitu juga atap Sardab (tempat terakhir gaibnya Imam Mahdi af) rata dengan tanah. Namun, kali ini tidak ada korban jiwa dari peziarah karena sejak peledakan pertama para peziarah telah dilarang memasuki Haram Imam Hasan Askari dan Ali al-Hadi as.

Setelah terjadi peledakan itu televisi Irak menunda siaran hariannya dan langsung memberitakan peristiwa Samarra babak kedua ini. Secara serentak ditayangkan lagu-lagu nasional yang dinyanyikan oleh penyanyi-penyanyi top Irak mengajak untuk tetap menjaga persatuan, menghindari tindak kekerasan atas nama mazhab dan menunjukkan sikap patriotisme membela Irak.

Dampak peledakan Haram Imam Hasan Askari dan Imam Hadi as konflik sektarian selama berbulan-bulan. Itulah mengapa Ayatullah Sistani dan ulama Syiah lainnya mengeluarkan pernyataan agar orang-orang Syiah dan Ahli Sunah bisa menahan diri. Ulama Ahli sunah di Irak juga mengutuk aksi teror tersebut.

Nouri al-Maliki dalam pertemuannya dengan Duta Besar Amerika dan komandan pasukan Amerika di Irak agar segera mengirimkan pasukan untuk mengamankan kota Samarra dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Pemerintah Irak dan pasukan Amerika telah mengamankan jalan yang menghubungkan Baghdad dan Samarra. Selain itu, Nouri al-Maliki membentuk tim penyidik untuk menyelidiki pasukan keamanan yang bertugas di sana ketika peristiwa peledakan terjadi.

Rencana keamanan yang diterapkan oleh pemerintah Nouri al-Maliki cukup sukses. Namun rencana ini baru meliputi daerah-daerah sekitar Baghdad seluas 30 kilometer dan ini rencana ini belum sampai ke Samarra. Itulah mengapa jalur Baghdad-Samarra yang tidak aman menghalangi pembangunan kembali Haram Imam Hasan Askari dan Imam Hadi as.

Menindaklanjuti seruan Ayatullah Sistani kepada seluruh rakyat Irak; baik Syiah maupun Sunni, untuk menahan diri, Muqtada Shadr memerintahkan tentara al-Mahdi untuk mencegah kemungkinan luapan kemarahan orang-orang Syiah terhadap orang-orang Ahli Sunah.

Siapa pelakunya?

Duta Besar Amerika dan komandan pasukan Amerika di Irak dalam pernyataan terpisah mengatakan, “Kami mengecam keras serangan setan pada pagi hari ini”. “Aksi yang dilakukan oleh kelompok yang telah dikepung ini muncul dari tidak adanya harapan bagi mereka. Mereka ingin menutup perkembangan politik, ekonomi dan perdamaian di Irak yang demokratis”. Di akhir pernyataannya, Duta Besar Amerika mengatakan, “Kami tidak akan mengizinkan kelompok teroris ini melakukan aksinya terhadap rakyat Irak yang menginginkan kesejahteraan dan kedamaian untuk semua”.

Nouri al-Maliki dalam pidatonya di televisi Irak meminta kepada rakyat Irak untuk tidak berlebihan menyikapi masalah ini. Bila ingin menuangkan kemarahannya, maka tempatnya kepada kelompok al-Qaedah. Kelompok yang terdiri dari orang-orang takfiri dan sisa-sisa pengikut Saddam. Kelompok takfiri melakukan aksi teroris ini karena terilhami oleh fatwa Bin Jabrin yang memuat fatwanya di situs pribadinya. Pada peledakan pertama di Samarra ia memuji aksi tersebut dan mengatakan, “Haram Imam Hasan dan Imam Hadi adalah sesembahan orang-orang Syiah”.

Bin Jabrin adalah ulama Wahhabi/Salafi nomor dua setelah Abdurrahman al-Barrak. Sebelum ini ia termasuk anggota Dewan Fatwa negara Arab Saudi. Tahun lalu ia mengeluarkan fatwa agar seluruh tempat-tempat suci orang-orang Syiah dihancurkan. Menurutnya, “Jangan biarkan bangunan-bangunan yang kelihatannya indah dianggap sebagai bagian dari Islam. Karena sekalipun bangunan-bangunan ini berada di negara-negara Islam, namun syariat tidak menerimanya. Islam memerintahkan untuk menghancurkan bangunan-bangunan seperti itu”.

Sementara sisa-sisa pengikut Saddam melakukan aksi-aksi teror dengan harapan bila pemerintah yang ada sekarang lemah, mereka punya kesempatan untuk bisa kembali menguasai Irak. Karena pemerintah sekarang didukung oleh orang-orang Syiah, maka cara yang dipakai adalah dengan mengadu domba orang-orang Syiah dengan orang-orang Ahli Sunah.

Siapa yang bertanggung jawab?

Mungkin pertanyaan ini sudah dapat dibaca dalam penjelasan sebelumnya. Bahwa yang bertanggung jawab tentu adalah yang meledakkan. Namun, perlu diketahui sesuai dengan aturan yang berlaku, negara yang menduduki negara lain yang bertanggung jawab untuk menegakkan stabilitas keamanan negara tersebut. Di sini, Amerika yang bertanggung jawab ketika terjadinya peristiwa peledakan ini, sekalipun bukan dia yang melakukannya. Namun, bukti-bukti menunjukkan bahwa tanpa kerja sama dengan pihak Amerika, sulit untuk dapat memasuki kawasan Haram dengan membawa bahan peledak seberat 215 kg seperti yang terjadi pada peledakan pertama.

Ditambah lagi, setelah peledakan pertama Haram Imam Hasan Askari dan Imam Hadi as, kawasan di sekitar Haram dijaga ketat. Bahkan peziarah dilarang masuk, sementara toko-toko yang ada di sana diperintahkan untuk ditutup. Sekalipun secara lahiriah yang banyak berkeliaran menjaga Haram adalah pihak keamanan dari pemerintah Irak, namun mereka tidak diberi keleluasaan yang semestinya. Semua gerakan mereka didikte oleh pasukan Amerika.

Problem yang dihadapi pemerintah Irak

Masalah terbesar yang dihadapi oleh pemerintah Irak adalah sekalipun mereka dipilih oleh rakyat Irak, namun pemerintah Irak tidak punya kekuasaan yang cukup. Semua gerak-geriknya dipantau dan dikuasai oleh Irak. Nouri al-Maliki setelah berhasil membekuk kelompok “Army of Heaven” berhasil menunjukkan kekuatannya, ia kemudian membuat rencana keamanan di Irak. Apa lagi sepak terjang Nouri al-Maliki yang Syiah tidak setuju dengan kehadiran Amerika di negaranya.

Keberadaan Nouri al-Maliki yang menjadikan Ayatullah Sistani sebagai kiblat kebijakan politiknya bagaikan duri dalam daging bagi Amerika. Ayatullah Sistani adalah satu-satunya tokoh di Irak yang membuat Irak cukup stabil. Dan hal ini tidak sesuai dengan tujuan-tujuan Amerika untuk mengeruk minyak Irak di tengah-tengah koflik. Itulah mengapa sekalipun kondisi Irak konflik, tentara Amerika yang menjaga ladang-ladang dan pipa-pipa minyak Irak tetap malah sekarah diperkuat. Nouri al-Maliki harus disingkirkan.

Beberapa waktu upaya Iyad Allawi untuk menggulingkan pemerintah gagal. Salah satu orang dekat Ayatullah Sistani diteror. Aksi-aksi teror yang setiap hari bisa disaksikan yang mengakibatkan terbunuhnya orang-orang tidak berdosa. Ditambah lagi kebijakan terakhir Amerika yang mempersenjatai orang-orang Ahli Sunah yang sebelumnya bersama kelompok al-Qaedah menyerang patroli-patroli Amerika. Kebijakan yang bukan saja ditentang oleh sebagian pejabat-pejabat Amerika, tapi juga negara-negara Eropa. Karena mempersenjatai orang-orang Ahli sunah sama artinya dengan meningkatkan ketegangan dan konflik di Irak.

Bila terjadi konflik, maka akan memakan waktu berbulan-bulan untuk dapat meredamnya. Amerika dengan peristiwa ini mendapat dua keuntungan; pertama Amerika berhasil menunjukkan kelemahan pemerintah yang dipimpin oleh Nouri al-Maliki dan kedua, Bush punya alasan untuk tinggal lebih lama di Irak setelah ditekan terus oleh kongres agar segera menentukan jadwal penarikan pasukan Amerika dari Irak.

Amerika sangat berkepentingan untuk menggulingkan Nouri al-Maliki yang kebijakannya tidak searah dengan kebijakan gedung putih. Setelah peristiwa ini, kita masih menunggu perkembangan politik di Irak. Manuver-manuver apa lagi yang akan dilakukan oleh Amerika untuk menggulingkan pemerintah Irak yang dipilih secara demokratis.

Sebuah kebetulan yang direncanakan?

Mungkin terlihat kebetulan bahwa pada hari yang sama salah seorang anggota parlemen Lebanon yang berafiliasi ke partai Saad Hariri. Ledakan itu terjadi di kawasan sebelah Barat Beirut bernama al-Hammam al-Askari dekat tempat peristirahatan Saad Hariri. Peristiwa ini membawa Lebanon dalam sebuah kancah baru yang penuh konflik setelah kelompok Fath al-Islam di Nahr al-Barid. Kelompok al-Qaedah yang sebagiannya ditarik dari Irak untuk tujuan tertentu. Begitu juga hari-hari ini bentrokan senjata cukup sengit terjadi di Palestina antara anggota Hamas dan Fatah.

Kejadian-kejadian ini kelihatannya terpisah-pisah dan tidak punya hubungan karena tempat kejadiannya juga berbeda-beda. Namun, sangat menarik bila menengok kembali pidato Ahmadi Nejad presiden Iran pada hari Sabtu tanggal 26 Mei 2007 yang mengatakan, “Fitnah baru di Timur Tengah sedang mengambil bentuknya. Seharusnya negara-negara di kawasan mewaspadai masalah ini. Rezim Israel untuk menyelamatkan dirinya dari kehinaannya saat ini tengah membuat rencana baru. Informasi-informasi dan analisa yang ada menunjukkan bahwa selain ingin menghancurkan pemerintah Palestina, mereka ingin mengobarkan fitnah konflik sektarian di Lebanon”.

Ahmadi Nejad menambahkan, “Sesuai dengan data-data intelijen yang kami miliki, pada musim panas ini mereka kembali ingin menyerang Lebanon. Mereka masih belum bisa menghilangkan rasa malu sebagai pecundang menghadapi Hizbullah. Mereka berharap tahun ini dapat menutupi rasa malu mereka akibat kekalahan tahun lalu. Saya memberikan peringatan keras kepada Rezim ini. Ketahuilah! Tahun ini tidak seperti tahun lalu”.

Ucapan Ahmadi Nejad yang menyebutkan bahwa musim panas ini akan ada serangan baru Rezim Israel atas Hizbullah. Untuk itu, sesuai dengan peribahasa “mengail di air keruh”, Amerika coba memperkeruh kondisi di Lebanon. Ketika muncul kelompok Fath al-Islam di Lebanon tidak berapa lama mereka mengirimkan senjata kepada tentara Lebanon yang dalam kenyataannya tidak pernah sampai ke tangan mereka. Senjata-senjata itu raib begitu saja. Kondisi Palestina juga tidak terlalu menguntungkan karena kembali lagi partai Fatah berniat keluar dari kabinet gotong royong. Bukan Cuma itu, saat ini salah satu dari bentrokan bersenjata paling hebat antara keduanya tengah terjadi.

Irak juga sedang dikondisikan sedemikian rupa. Bila semua mata tertuju pada konflik-konflik sektarian yang dimunculkan ini, maka kemungkinan besar Israel dapat mewujudkan usahanya untuk kembali menyerang Hizbullah sebagai upaya untuk membalas kekalahannya yang memalukan setahun lalu.

Penutup

Terlepas dari apa tujuan peledakan di Samarra, namun yang perlu diperhatikan adalah al-Qaedah menjadi alat pencipta konflik. Sebagian negara-negara Arab lainnya mungkin belum kecipratan “berkah” al-Qaedah, namun cepat atau lambat al-Qaedah akan menyusup ke seluruh negara-negara Arab. Bila saat ini ada beberapa negara Arab yang membiayai, mendukung dan melindungi kelompok teroris ini, maka itu karena sampai saat ini tujuan mereka dan Amerika masih satu. Namun, tidak selamanya demikian. Amerika tidak pernah punya belas kasihan dengan siapa saja. Bagi mereka kepentingan mereka adalah nomor satu. Itulah mengapa mereka tidak pernah benar-benar serius menegakkan keamanan secara menyeluruh di Irak. Karena itu bertanda tangan dengan tujuan kedatangan mereka, di samping itu serangan-serangan sporadis yang membuat korban yang berjatuhan dari pihak mereka tidak sedikit. Saat ini yang dilakukan mereka di Irak adalah berusaha sebisa mungkin untuk mengurangi korban di pihaknya.

Bila terjadi konflik sektarian antar Syiah dan Ahli Sunah, setidak-tidaknya mereka sebagai pihak ketiga lebih aman. Dan ketika itu, mereka telah melangkah lebih jauh membawa lari kekayaan Irak atau kembali menguasai Irak dengan menjatuhkan pemerintah yang ada. Bila di Palesitna, Lebanon dan Irak semua pemerintah yang berkuasa sesuai dengan “restu” Amerika, apakah itu tidak berarti sedang terbentuknya Timur Tengah Baru?

Qom, 14 Juni 2007

Tidak ada komentar: