Sabtu, 24 Maret 2007

Mengenal kebijakan teror Amerika di Timur Tengah


Mengenal kebijakan teror Amerika di Timur Tengah

Saleh Lapadi

Dunia pernah melihat sistem dua kutub yang menghasilkan perang dingin. Barat yang dipimpin oleh Amerika di satu sisi dan Timur yang dikomandoi Uni Soviet di sisi lain. Timur yang dipimpin Uni Soviet, bubar menjadi negara-negara kecil. Rusia masih mencoba untuk bangkit untuk menghadapi Amerika, namun belum mampu mengembalikan kewibawaan Uni Soviet. Amerika tinggal sendiri sebagai penguasa tunggal. Amerika kemudian merasa menjadi polisi dunia.

Namun, apakah lantas semuanya selesai?

Ketika perang dingin berlangsung, Amerika menghembuskan isu komunis di dunia Islam untuk menahan pengaruh Uni Soviet. Sebuah alasan untuk ikut menancapkan kekuatan dan pengaruhnya di negara-negara Arab selain tujuan paling pentingnya adalah menguasai ladang-ladang minyak mereka. Setelah Uni Soviet runtuh dan isu komunis tidak lagi ampuh, Amerika kemudian harus merekayasa musuh untuk tetap eksis di negara-negara Arab. Lagi-lagi, kepentingan Amerika untuk mendapat minyak murah dan menguasai pusat-pusat energi dunia harus mencari korban lain.

Peristiwa 11 September, yang kontroversial, menjadi alasan baru Amerika untuk tetap menancapkan pengaruhnya di negara-negara Arab. Isu terorisme Islam dikembangkan di dunia. Negara-negara kecil dan pemerintahan yang tidak didukung oleh rakyatnya menjadi ketakutan. Apa lagi, PBB sebagai badan dunia tidak lagi dapat menghalangi Amerika yang berubah menjadi penuntut umum sekaligus sebagai hakim dan eksekutor. Ketika Amerika mengatakan kelompok teroris Islam berpusat di Afghanistan, dengan tanpa hambatan berarti mereka menyerang Afghanistan. Begitu juga yang terjadi di Irak. Alasan adanya senjata pemusnah massal, yang belum terbukti hingga kini, menjadi satu-satunya alasan untuk menyerang Irak.

Al-Qaedah hanya muncul memberikan pernyataan-pernyataan ketika Amerika membutuhkannya untuk menakut-nakuti lawan-lawannya. Dengan itu, Amerika dapat muncul sebagai polisi dunia. Ketika Prancis dan Jerman tidak setuju dengan invasi militer terhadap Irak, al-Qaedah mengeluarkan ancaman akan menyerang Eropa. Di saat Bush dalam pemilihan presiden mulai kelihatan turun pamornya, al-Qaedah mengancam akan menyerang Amerika. Bush akhirnya memenangkan pemilihan lewat peliharaannya.

Ketika Denmark memuat karikatur yang menodai Nabi Muhammad saw, tidak hanya kaum muslimin tapi seluruh dunia mengecam pemuatan itu. Tinggal satu yang tidak mengecam; al-Qaedah. Al-Qaedah seakan-akan bisu dan tidak tahu apa yang sedang terjadi. Jelas, bila al-Qaedah mengeluarkan ancaman, rencana Barat tidak akan berhasil. Mereka ingin melihat reaksi destruktif umat Islam. Untung dunia dan umat Islam segera tersadar tujuan busuk mereka.

Saat ini, Amerika di Afghanistan dan Irak menelan pil pahit. Terutama di Irak, Amerika beranggapan dengan menjatuhkan si pembunuh berdarah dingin Sadam Husein, rakyat Irak akan mengelu-elukan mereka karena berhasil membebaskan mereka dari sang tiran. Syiah dengan dipimpin dan dibimbing oleh tokoh-tokoh ulamanya mampu membalikkan keadaan. Ayatullah sayyid Ali Sistani segera bersikap dan meminta untuk dilakukan pemilihan umum. Dengan cepat pemerintah terbentuk lewat pemilihan umum. UUD disahkan lewat referendum. Wakil Amerika di Irak dengan bantuan agen-agen intelijennya tidak berhasil mendudukan wakil-wakilnya di pemerintahan. Pemerintah dan parlemen banyak dikuasai oleh orang-orang Syiah yang loyal kepada negara dan rakyat di bawah tuntunan marja Syiah Ayatullah Sayyid Sistani.

Tentara Amerika yang ditunjuk oleh PBB untuk menjamin keamanan di Irak hanya mengonsentrasikan penjagaan pipa-pipa minyak Irak. Daerah-daerah yang diduduki dan dijaga oleh Amerika adalah tempat rawan aksi teror. Sementara di daerah-daerah yang tidak dijaga oleh tentara Amerika relatif aman. Tentara Amerika di Irak menghadapi musuh tidak satu. Kelompok-kelompok yang senantiasa mengancam nyawa mereka adalah Syiah, Ahli Sunah, takfiri Wahabi, sisa-sia anggota partai Ba’ts dan Kurdi Irak.

Keadaan menjadi berubah ketika Sadam Husein dihukum mati. Satu-satunya diktator boneka Amerika yang tidak dapat menghirup lama kebebasannya sejak dilengserkan adalah Sadam Husein. Ini menunjukkan kekuatan dan keteguhan pemerintah Irak yang didominasi oleh Syiah yang memang mayoritas di Irak. Kekuatan pemerintah Irak ini membuat Amerika cemas karena giliran berikutnya adalah mereka harus keluar dari Irak. Itu berarti satu lagi negara penghasil minyak lepas dari cengkeramannya setelah Iran.

Apa yang harus dilakukan?

Isu lama namun masih ampuh, pecah belah dan kuasai! Amerika memakai isu Syiah dan Persia untuk mengamankan posisinya di Irak, sekalipun harus dibayar dengan semakin banyak jumlah korban yang bakal berjatuhan dari tentaranya. Bush tidak peduli itu, pasukan Amerika di Irak ditambah.

Amerika mengangkat kembali isu Syiah. Isu ini sebenarnya sudah lama terpendam dan hubungan baik antara Syiah dan Ahli Sunah telah dijalin sejak zaman Ayatullah Boroujerdi dan Allamah Syaikh Syaltut. Yang mengangkat kembali dan mengobarkan isu ini adalah kelompok takfiri Wahabi. Mereka mengafirkan Syiah, tentunya tidak hanya Syiah tapi Ahli Sunah juga dikafirkan, guna melicinkan jalan Amerika untuk tetap tinggal di Irak.

Wahabi takfiri menggambarkan kepada dunia Islam seolah-olah mereka berjihad melawan Amerika, dan Syiah berkongsi dengan Amerika. Karena di setiap tempat yang banyak Ahli Sunah, pasti sering terjadi bentrokan bersenjata antara tentara Amerika dengan mereka. Sebaliknya, daerah-daerah yang mayoritas penduduknya Syiah aman-aman saja. Isu ini sengaja dilancarkan untuk menutupi bagaimana Hizbullah Lebanon yang Syiah berhasil mengalahkan Israel dalam perang 33 hari. Sebagian malah berusaha menunjukkan bahwa perang itu hanya skenario saja antara Hizbullah dan Israel!

Pada hakikatnya, yang sedang menjalankan skenario Amerika dan Israel adalah kelompok takfiri Wahabi. Bahkan mereka juga membawa-bawa pengikut Ahli Sunah yang tidak mengerti apa sebenarnya yang sedang terjadi untuk ikut bahu-membahu bersama mereka menyerang Syiah. Sehingga keadaan menjadi lebih kompleks. Ketidaktahuan ini membuat Ayatullah Sayyid Sistani mengeluarkan fatwa bahwa seandainya Ahli Sunah membunuh setengah dari orang Syiah, niscaya Syiah tidak akan melakukan pembalasan.

Amerika membutuhkan keadaan yang tidak stabil bahkan kalau bisa chaos. Dengan demikian, alasan untuk tinggal di Irak mendapat pembenaran. Pemerintah Irak tidak tinggal diam. Diadakanlah konferensi Baghdad untuk membicarakan masalah stabilitas keamanan di Irak.

Isu kedua yang dikembangkan adalah Iran yang persia. Amerika dan Israel lewat kelompok takfiri Wahabi berusaha menakut-nakuti orang-orang Arab Ahli Sunah. Kelompok takfiri berusaha mengangkat isu etnis yang telah diberangus oleh Nabi Muhammad saw. Arab dan Ajam adalah satu. Tidak berbeda bangsa Arab dan Ajam. Bahkan al-Quran menyebutkan orang mukmin itu bersaudara tidak peduli Arab atau Ajam. Mereka mengatakan, karena Islam yang Arab berhasil menaklukkan bangsa Persia, saat ini Persia yang Syiah menuntut balas. Dengan demikian, isunya sudah tidak lagi dunia Islam menghadapi Israel, tapi dunia Islam yang Sunni dan Arab menghadapi Iran yang Syiah.

Saat ini, Amerika dan Israel dengan bantuan kelompok takfiri Wahabi menggeser isu teroris Islam dengan Iran Syiah. Bahkan dalam sebagian tulisan disebut ancaman Safawi. Ditambah lagi, setelah Iran tidak tunduk pada tekanan Amerika dan Israel serta Eropa untuk menunda pengayaan uraniumnya. Opini dunia diarahkan untuk meyakini bahwa Iran sebagai ancaman stabilitas keamanan dunia. Dan di Timur Tengah, Iran merupakan ancaman bagi kawasan. Dengan ini, Amerika selain meraup keuntungan karena tinggal di Irak dan dapat menguasai ladang-ladang minyaknya, mereka mendapat laba lewat penjualan senjata. Pemimpin-pemimpin negara Arab yang tidak didukung oleh rakyatnya, karena tidak adanya pemilihan umum yang demokratis terpaksa harus membeli senjata-senjata yang ditawarkan Amerika plus teknisinya. Selama beberapa bulan ini, jual beli senjata menunjukkan grafik menaik yang tajam.

Yang menarik dari semuanya, kelompok takfiri Wahabi tidak pernah serius menganggap Israel sebagai musuh dunia Islam. Perlahan-lahan Israel sudah tidak lagi menjadi musuh bagi dunia Islam. Permusuhan itu diarahkan ke Syiah. Alasannya adalah Syiah lebih berbahaya dari Israel. Kalau Israel sudah jelas adalah Yahudi, sementara Syiah dengan baju Islam berusaha untuk menghancurkan Islam dari dalam (atau sebaliknya). Itulah mengapa ulama takfiri Wahabi mengeluarkan fatwa bahwa Syiah adalah kafir dan halal darahnya.

Takfiri Wahabi Kelompok yang mengaku Islam dan haus darah. Melihat sejarah munculnya kelompok takfiri Wahabi ini memang telah banyak memakan korban. Banyak kaum muslimin di Arab Saudi sendiri dibunuh dengan fatwa Muhammad bin Abdul Wahhab. Mazhab yang muncul dengan cara kontroversial semacam ini dalam perjalanannya juga sering mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial.

Mereka tidak hanya menganggap ringan pengafiran mazhab atau orang lain, dalam dakwahnya juga mereka sering menghalalkan segala cara. Mereka tidak segan-segan mencatut nama ulama Syiah untuk dipakai sebagai penulis atau penerjemah dalam buku-buku mereka. Yang jamak terjadi, ketika menghadapi Syiah, mereka mengatasnamakan dirinya sebagai Ahli Sunah. Padahal setelah itu, mereka juga mencap orang-orang Ahli Sunah sebagai pelaku bidah dan syirik bahkan kafir. Karena orang-orang Ahli Sunah melakukan ziarah kubur, membaca tahlil dan lain-lain.

Keberadaan Israel di kawasan Timur Tengah tidak pernah dianggap oleh negara-negara Arab sebagai penghinaan. Apa lagi dengan alasan holocoust. Apa dosa orang-orang Palestina yang Arab sehingga selama 60 tahun diduduki oleh Israel. Orang-orang Yahudi dibantai di Jerman, orang-orang Arab yang harus menerima getahnya. Sudah itu setelah kalah dalam perang 6 hari menghadapi Israel sebagian malah menjalin hubungan dengan Israel. Tidak malukah mereka mengkhianati bangsanya sendiri? Sekarang malah ingin membawa masalah bahwa Persia yang Ajam dan Syiah merupakan ancaman.

Masihkah mereka menutup mata bahwa Syiah yang paling getol membantu bangsa Palestina?

Sampai di mana mereka mengikuti rencana busuk Amerika di Timur Tengah?

Sampai kapan bangsa Arab membohongi dirinya?

Qom, 23 Maret 2007

Tidak ada komentar: