Manfaat Mengkuti Acara Asyura
Manfaat Mengikuti Acara Asyura
Saleh Lapadi
Peristiwa Asyura memiliki banyak pelajaran yang dapat diambil. Dengan menelusuri ungkapan-ungkapan dari Imam Husein as, dimulai dari kepergian beliau untuk menunaikan ibadah haji sampai keluar menuju Karbala, dapat ditemukan tujuan mengapa beliau harus mengambil sikap. Buku-buku sejarah dan hadis mencatat bahwa tujuan Imam Husein as untuk memperbaiki umat kakeknya. Imam Husein as menuju Karbala untuk melakukan perintah amar makruf dan nahi mungkar.
Pelajaran-pelajaran kekesatriaan, kesabaran, tawakal dan sifat-sifat mulia lainnya dapat ditemukan dengan membolak-balik kembali sejarah peristiwa Karbala. Beragam buku menawarkan analisa. Banyak penceramah yang mengupas hikmah dibalik kejadian pembantaian cucu Nabi Muhammad saw.
Dengan melihat bahwa setiap memasuki bulan Muharam, banyak kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati peristiwa Karbala, menapaktilasi kembali sejarah yang terjadi. Pertanyaannya, apa manfaat dibalik penyelenggaraan memperingati peristiwa Karbala? Bukankah peristiwa itu telah berlalu sekitar seribu empat ratus tahun lalu? Akankah kita hanya ingin membuka luka lama? Kejadian yang hanya menambah kebencian terhadap pelaku pembantaian.
Mengikuti acara peringatan Karbala, selain isi ceramah yang bakal disampaikan oleh sang penceramah, memiliki manfaat lain. Nilai-nilai mulia yang hendak dibela oleh Imam Husein as beserta sahabat dan keluarganya memang membuat peringatan peristiwa Karbala bak kawah candradimuka untuk membangun nilai-nilai tersebut dalam diri setiap orang yang mengikutinya. Nilai-nilai moral yang saat ini mulai pudar.
Mereka yang tidak setuju dengan peringatan peristiwa Karbala akan memandang bahwa acara peringatan itu hanya menunjukkan orang-orang yang frustrasi. Orang-orang yang merasa tidak mampu menolong Imamnya kemudian menyiksa dirinya sendiri. Orang-orang seperti ini memiliki potensi besar untuk mengganggu stabilitas keamanan. Cenderung menyampaikan ketidaksetujuannya dengan kekerasan. Hal itu dikarenakan mereka dengan mudah menyiksa dirinya.
Pertanyaan ini dapat dijawab dengan berbagai pendekatan. Yang pasti, secara empirik, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan senantiasa membuat mereka yang mengikutinya lebih tenang. Terutama yang berkaitan dengan pembacaan doa-doa. Ini juga yang membuat kegiatan-kegiatan doa memiliki daya tarik yang luar biasa.
Setidak-tidaknya ada beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh seorang yang mengikuti acara Asyura:
1. Pembentukan diri.
Orang yang mengikuti acara Asyura tidak hanya mendapat siraman rohani berupa analisa sebuah masalah atau mendengar nasihat. Dalam memperingati peristiwa Asyura, selain mendapat siraman rohani dengan pencerahan, ada prosesi yang dilakukan untuk mengenang kejadian pembantaian cucu Nabi Muhammad saw. Itu yang dikenal dengan memukul dada atau dalam bahasa Arabnya adalah ma’tam. Peringatan Asyura tidak sekadar mendengar kemudian pulang. Ma’tam yang dilakukan adalah upaya untuk meresapi lebih dalam kejadian itu. Meresapi kemazluman yang dilakukan atas cucu Nabi. Ketidakadilan yang harus ditentang. Dan itu harus dilakukan terlebih dahulu pada diri sendiri.
Seseorang yang memukul dadanya karena mengenang pembantaian di Karbala, bukannya berhenti pada usaha untuk mengenang. Tapi yang lebih penting adalah usaha untuk menerapkan apa yang tengah diperjuangkan oleh pemimpinnya. Sikap memukul dada adalah sikap penentangan terhadap kezaliman. Kezaliman yang tidak terbatas pada masa itu saja. Asyura adalah simbol penentangan atas ketidakadilan.
Beragamnya latar belakang mereka yang hadir dalam peristiwa Karbala membuat setiap orang dapat mengambil contoh dari mereka yang tepat dengan kondisi dirinya. Terkadang seseorang harus memerankan dirinya sebagai Ali Ashgar yang mengorbankan dirinya demi membangkitkan sebuah perlawanan. Kejadian tragis pemboman Qana, di mana anak-anak tewas karena kebuasan Israel, mampu membangkitkan kesadaran umat manusia. Serempak seluruh dunia mengutuk kejadian tersebut, sekalipun badan-badan dunia bungkam seribu bahasa.
Mengikuti acara Asyura berarti kita sedang melakukan pembenahan dan pembentukan diri. Pembentukan yang tidak hanya ada di alam khayal tapi dengan melihat contoh-contoh yang ada pada peristiwa Karbala.
Asyura adalah pembentukan dan pendidikan kognitif dan emosi manusia secara berimbang.
Bila menghadiri acara Asyura dapat membentuk kepribadian seseorang, maka dengan sendirinya peringatan Asyura adalah sebuah lembaga yang mampu membentuk masyarakat. Masyarakat yang bergerak berdasarkan nilai-nilai moral. Masyarakat yang meletakkan moral sebagai nilai yang harus diperjuangkan. Masyarakat yang siap mengorbankan dirinya demi menjaga nilai-nilai.
2. Menumbuhkan cinta kasih dan kepekaan sosial
Mengikuti dan memperingati acara Asyura untuk kembali mengenang orang-orang yang dicintai oleh Rasulullah saw. Imam Husein as salah seorang yang paling dicintai oleh Nabi. Al-Quran memerintahkan kaum muslimin untuk mencintai keluarganya. Hadis-hadis dari Nabi sendiri memerintahkan kita untuk mencintai keluarganya.
Ungkapan cinta belum mampu membuktikan hakikat cinta. Cinta membutuhkan perhatian. Itulah mengapa Imam Ali as memerintahkan agar seorang Syi’ah hendaknya gembira dengan kegembiraan kami. Sedih karena kami sedih. Ini salah satu bukti cinta. Nabi pernah merasakan kesedihan, maka seyogianya seorang muslim untuk merasakan kesedihan itu.
Kejadian Karbala bukan saja merupakan kesedihan tapi di sana ada pembantaian salah satu manusia terbaik dunia. Mereka yang mengikuti acara Asyura adalah orang-orang yang diharapkan dapat merasakan kesedihan orang lain. Mengikuti acara Asyura berarti kita sedang melatih kepekaan sosial.
Kepekaan sosial tidak dapat ditumbuhkan hanya dengan ceramah. Kepekaan sosial perlu disosialisasikan. Kepekaan sosial perlu dipupuk dengan mengenang kemazluman manusia-manusia terbaik. Manusia-manusia yang menjadi contoh karena mengorbankan dirinya demi nilai-nilai mulia. Demi agama. Demi tauhid.
Bila kita mampu membangkitkan kepekaan itu sekalipun terhadap mereka yang masanya telah lama berlalu, diharapkan kepekaan itu cepat merespon ketimpangan yang ada saat ini.
Itulah mengapa ulama Syi’ah memfatwakan bahwa mengikuti acara-acara Asyura hukumnya sunah muakkadah, sunah yang ditekankan. Bahkan tidak itu saja, mereka menganjurkan agar anak-anak dan wanita juga perlu diikutkan. Karena kepekaan sosial ini harus ditumbuhkan di semua lapisan masyarakat. Perubahan jangan sampai hanya terjadi di atas dan tidak menyentuh lapisan bawah.
Dengan melihat dua manfaat yang bakal didapat oleh seseorang yang mengikuti acara Asyura. Bukan saja perayaan peristiwa Karbala tidak membuat orang frustasi dan tidak akan mengganggu stabilitas keamanan masyarakat, mengikuti acara Asyura dapat mendidik setiap orang untuk melakukan tugas dan kewajibannya di tengah-tengah masyarakat dengan baik. Kepekaan sosial seseorang akan semakin terasah dengan mengikuti acara Asyura.
Qom, 24 Januari 2007
Saleh Lapadi
Peristiwa Asyura memiliki banyak pelajaran yang dapat diambil. Dengan menelusuri ungkapan-ungkapan dari Imam Husein as, dimulai dari kepergian beliau untuk menunaikan ibadah haji sampai keluar menuju Karbala, dapat ditemukan tujuan mengapa beliau harus mengambil sikap. Buku-buku sejarah dan hadis mencatat bahwa tujuan Imam Husein as untuk memperbaiki umat kakeknya. Imam Husein as menuju Karbala untuk melakukan perintah amar makruf dan nahi mungkar.
Pelajaran-pelajaran kekesatriaan, kesabaran, tawakal dan sifat-sifat mulia lainnya dapat ditemukan dengan membolak-balik kembali sejarah peristiwa Karbala. Beragam buku menawarkan analisa. Banyak penceramah yang mengupas hikmah dibalik kejadian pembantaian cucu Nabi Muhammad saw.
Dengan melihat bahwa setiap memasuki bulan Muharam, banyak kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk memperingati peristiwa Karbala, menapaktilasi kembali sejarah yang terjadi. Pertanyaannya, apa manfaat dibalik penyelenggaraan memperingati peristiwa Karbala? Bukankah peristiwa itu telah berlalu sekitar seribu empat ratus tahun lalu? Akankah kita hanya ingin membuka luka lama? Kejadian yang hanya menambah kebencian terhadap pelaku pembantaian.
Mengikuti acara peringatan Karbala, selain isi ceramah yang bakal disampaikan oleh sang penceramah, memiliki manfaat lain. Nilai-nilai mulia yang hendak dibela oleh Imam Husein as beserta sahabat dan keluarganya memang membuat peringatan peristiwa Karbala bak kawah candradimuka untuk membangun nilai-nilai tersebut dalam diri setiap orang yang mengikutinya. Nilai-nilai moral yang saat ini mulai pudar.
Mereka yang tidak setuju dengan peringatan peristiwa Karbala akan memandang bahwa acara peringatan itu hanya menunjukkan orang-orang yang frustrasi. Orang-orang yang merasa tidak mampu menolong Imamnya kemudian menyiksa dirinya sendiri. Orang-orang seperti ini memiliki potensi besar untuk mengganggu stabilitas keamanan. Cenderung menyampaikan ketidaksetujuannya dengan kekerasan. Hal itu dikarenakan mereka dengan mudah menyiksa dirinya.
Pertanyaan ini dapat dijawab dengan berbagai pendekatan. Yang pasti, secara empirik, kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan senantiasa membuat mereka yang mengikutinya lebih tenang. Terutama yang berkaitan dengan pembacaan doa-doa. Ini juga yang membuat kegiatan-kegiatan doa memiliki daya tarik yang luar biasa.
Setidak-tidaknya ada beberapa manfaat yang dapat dipetik oleh seorang yang mengikuti acara Asyura:
1. Pembentukan diri.
Orang yang mengikuti acara Asyura tidak hanya mendapat siraman rohani berupa analisa sebuah masalah atau mendengar nasihat. Dalam memperingati peristiwa Asyura, selain mendapat siraman rohani dengan pencerahan, ada prosesi yang dilakukan untuk mengenang kejadian pembantaian cucu Nabi Muhammad saw. Itu yang dikenal dengan memukul dada atau dalam bahasa Arabnya adalah ma’tam. Peringatan Asyura tidak sekadar mendengar kemudian pulang. Ma’tam yang dilakukan adalah upaya untuk meresapi lebih dalam kejadian itu. Meresapi kemazluman yang dilakukan atas cucu Nabi. Ketidakadilan yang harus ditentang. Dan itu harus dilakukan terlebih dahulu pada diri sendiri.
Seseorang yang memukul dadanya karena mengenang pembantaian di Karbala, bukannya berhenti pada usaha untuk mengenang. Tapi yang lebih penting adalah usaha untuk menerapkan apa yang tengah diperjuangkan oleh pemimpinnya. Sikap memukul dada adalah sikap penentangan terhadap kezaliman. Kezaliman yang tidak terbatas pada masa itu saja. Asyura adalah simbol penentangan atas ketidakadilan.
Beragamnya latar belakang mereka yang hadir dalam peristiwa Karbala membuat setiap orang dapat mengambil contoh dari mereka yang tepat dengan kondisi dirinya. Terkadang seseorang harus memerankan dirinya sebagai Ali Ashgar yang mengorbankan dirinya demi membangkitkan sebuah perlawanan. Kejadian tragis pemboman Qana, di mana anak-anak tewas karena kebuasan Israel, mampu membangkitkan kesadaran umat manusia. Serempak seluruh dunia mengutuk kejadian tersebut, sekalipun badan-badan dunia bungkam seribu bahasa.
Mengikuti acara Asyura berarti kita sedang melakukan pembenahan dan pembentukan diri. Pembentukan yang tidak hanya ada di alam khayal tapi dengan melihat contoh-contoh yang ada pada peristiwa Karbala.
Asyura adalah pembentukan dan pendidikan kognitif dan emosi manusia secara berimbang.
Bila menghadiri acara Asyura dapat membentuk kepribadian seseorang, maka dengan sendirinya peringatan Asyura adalah sebuah lembaga yang mampu membentuk masyarakat. Masyarakat yang bergerak berdasarkan nilai-nilai moral. Masyarakat yang meletakkan moral sebagai nilai yang harus diperjuangkan. Masyarakat yang siap mengorbankan dirinya demi menjaga nilai-nilai.
2. Menumbuhkan cinta kasih dan kepekaan sosial
Mengikuti dan memperingati acara Asyura untuk kembali mengenang orang-orang yang dicintai oleh Rasulullah saw. Imam Husein as salah seorang yang paling dicintai oleh Nabi. Al-Quran memerintahkan kaum muslimin untuk mencintai keluarganya. Hadis-hadis dari Nabi sendiri memerintahkan kita untuk mencintai keluarganya.
Ungkapan cinta belum mampu membuktikan hakikat cinta. Cinta membutuhkan perhatian. Itulah mengapa Imam Ali as memerintahkan agar seorang Syi’ah hendaknya gembira dengan kegembiraan kami. Sedih karena kami sedih. Ini salah satu bukti cinta. Nabi pernah merasakan kesedihan, maka seyogianya seorang muslim untuk merasakan kesedihan itu.
Kejadian Karbala bukan saja merupakan kesedihan tapi di sana ada pembantaian salah satu manusia terbaik dunia. Mereka yang mengikuti acara Asyura adalah orang-orang yang diharapkan dapat merasakan kesedihan orang lain. Mengikuti acara Asyura berarti kita sedang melatih kepekaan sosial.
Kepekaan sosial tidak dapat ditumbuhkan hanya dengan ceramah. Kepekaan sosial perlu disosialisasikan. Kepekaan sosial perlu dipupuk dengan mengenang kemazluman manusia-manusia terbaik. Manusia-manusia yang menjadi contoh karena mengorbankan dirinya demi nilai-nilai mulia. Demi agama. Demi tauhid.
Bila kita mampu membangkitkan kepekaan itu sekalipun terhadap mereka yang masanya telah lama berlalu, diharapkan kepekaan itu cepat merespon ketimpangan yang ada saat ini.
Itulah mengapa ulama Syi’ah memfatwakan bahwa mengikuti acara-acara Asyura hukumnya sunah muakkadah, sunah yang ditekankan. Bahkan tidak itu saja, mereka menganjurkan agar anak-anak dan wanita juga perlu diikutkan. Karena kepekaan sosial ini harus ditumbuhkan di semua lapisan masyarakat. Perubahan jangan sampai hanya terjadi di atas dan tidak menyentuh lapisan bawah.
Dengan melihat dua manfaat yang bakal didapat oleh seseorang yang mengikuti acara Asyura. Bukan saja perayaan peristiwa Karbala tidak membuat orang frustasi dan tidak akan mengganggu stabilitas keamanan masyarakat, mengikuti acara Asyura dapat mendidik setiap orang untuk melakukan tugas dan kewajibannya di tengah-tengah masyarakat dengan baik. Kepekaan sosial seseorang akan semakin terasah dengan mengikuti acara Asyura.
Qom, 24 Januari 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar