Sabtu, 09 Juni 2007

Resep keluarga harmonis: Coba pisah sementara waktu, berani mencoba?

Resep keluarga harmonis: Coba pisah sementara waktu, berani mencoba?

Emi Nur Hayati Ma’sum Said

Sebagian orang berpikir bahwa bukti keharmonisan rumah tangga bila pasangan suami/istri selalu bersama. Pergi bersama, makan bersama, belanja bersama dan lain-lain...

Sebaliknya, suami istri yang sering berpisah, bahtera kehidupan mereka tidak akan bertahan lama dan pada waktu dekat mereka akan mengalami krisis perceraian. Namun, di sisi lain karier dan tugas salah satu pasangan suami/istri membuat kenyataan hidup menjadi lain. Bila suami atau istri harus menjalani tugas dan kariernya, maka dengan sendirinya mereka harus berpisah untuk sementara. Berpisah sementara karena menjalani karier dan tugas bukan merupakan kendala keharmonisan sebuah rumah tangga. Bahkan sebagai penyedap kehidupan yang membuat hubungan mereka semakin hangat dan mesra. Tentu saja perpisahan sementara ini jangan sampai didasari oleh kemarahan dan keangkuhan. Di sinilah dibutuhkan adanya keterbukaan dan kesepakatan antara suami/istri sejak dini.

Oleh karena itu, bila dalam Islam dikatakan bahwa sebelum seseorang memutuskan untuk membentuk sebuah keluarga, maka yang harus dipikirkan terlebih dahulu adalah adanya kesetaraan antara calon pasangan suami/istri, baik dari sisi keyakinan beragama, pemikiran, pendidikan, ekonomi maupun parasnya.

Ketika salah satu pasangan suami/istri harus berpisah sementara, untuk menjalani karier atau tugas lainnya, ada beberapa poin penting yang harus menjadi perhatian mereka:

1. Kejujuran

Bila salah satu pasangan suami/istri untuk sementara harus meninggalkan pasangan hidupnya, maka ia harus menjelaskan duduk perkara masalah dan pekerjaan yang akan dihadapinya. Katakanlah suami atau istri sebagai seorang pejabat negara, mubalig, perawat, pelayar, tentara dan lain sebaginya yang diperlukan oleh agama, masyarakat dan negara, ia harus menjalankan karier dan tugasnya. Maka sebelum mereka berpisah harus menjelaskan dengan detil ke mana, di mana dan sampai kapan harus menjalani tugasnya.

Dalam masalah ini, bila salah satunya memaksa untuk tetap tinggal bersama agar pasangannya tidak keluar menjalankan tugasnya, kondisi rumah tangga bukan malah menjadi baik, tetapi hubungan mereka menjadi dingin. Betapa banyak keluarga yang selalu bersama, namun tidak ada kesibukan tertentu malah menjadi porak-poranda. Suami/istri yang selaras, masing-masing akan memahami tugas pasangan hidupnya dan berjalan bersama mencapai kesuksesan baik dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, di sini dibutuhkan adanya keterbukaan dan kejujuran dan adanya saling musyawarah antara pasangan suami/istri.

2. Menghilangkan egois

Ketika salah satu pasangan suami/istri tidak mau menerima kondisi pekerjaan dan karier pasangan hidupnya, hal ini akan mempengaruhi kehidupan rumah tangga mereka selanjutnya. Baik dari sisi kemasyarakatan maupun kekeluargaan.

Boleh jadi berpisah sementara untuk menjalankan tugas dan karier sebagai kesempatan dan langkah awal menuju kepada kesuksesan, baik kesuksesan yang berkaitan dengan agama, negara maupun bangsa. Seorang ilmuwan kadang harus meninggalkan istrinya atau suaminya menjalani tugasnya demi kesuksesan bangsa dan agama. Bila salah satunya harus mementingkan emosionalnya sendiri, maka kesempatan seperti ini akan hilang.

Hidup berumah tangga bukan lagi hidup sendiri, sehingga segala keputusan harus ditentukan sendiri. di saat seseorang sudah memutuskan untuk hidup bersama, maka segala keputusan harus menjadi kesepakatan suami/istri. Masing-masing harus menghormati pendapat pasangannya. Hidup bukan untuk diri sendiri tapi hidup untuk kemajuan bersama demi mencapai ketenangan.

3. Menghargai pasangan hidup

Pada saat pasangan suami istri saling jauh, masing-masing akan menemukan kelebihan pasangan hidupnya yang selama ini tidak begitu diperhatikan. Suami yang ditinggal istrinya menjalani tugas, ia akan merasakan jerih payah istrinya selama di rumah. Pelayanan istri terhadapnya selama ini akan lebih tampak ketika istrinya jauh darinya. Begitu pula seorang istri, ia akan merasakan jerih payah suaminya yang mengerjakan pekerjaan untuknya. karena ketika sendiri tanpa suami, ia akan mengingat pengabdian suaminya kepadanya.

Perasaan-perasaan seperti ini akan membuat masing-masing pasangan suami/istri lebih rindu kepada pasangan hidupnya. Pada saat mereka bertemu kembali rasa kasih sayang mereka akan lebih dalam dan hangat.

4. Menengok kembali peran diri dalam kehidupan

Menyalahkan orang lain itu mudah dan sederhana. Bila suami atau istri tidak sukses menjalani tugasnya dalam kehidupan rumah tangga maupun sosial, maka mudah bagi setiap pasangan suami/istri untuk menyalahkan pasangan hidupnya. Namun, ketika ia sendiri dan ditinggal oleh pasangannya untuk sementara, ia akan berpikir jernih dan adil; apakah selama ini ia berperan sebagaimana mestinya? apakah ia sudah menjalani tugasnya sebagai seorang istri/suami semaksimal mungkin. Pada saat suami atau istri sendirian, ia akan menengok kembali kepada dirinya. Sehingga kesendirian ini bisa menjadi sarana untuk memperbaiki diri sebagai seorang suami/istri yang baik di hadapan pasangannya masing-masing.

5. Kebebasan bukan berarti tidak ada batasan

Jangan berpikir bahwa ketika seseorang kawin dengan orang yang setara dan sesuai dengannya, maka ia bebas melakukan segalanya. Karena segalanya belum tentu sesuai dengan harapan kita. Oleh karena itu, sebuah masalah akan muncul bila harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Manusia hidup bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri, tetapi hidup juga untuk memenuhi kebutuhan sesama. Untuk memenuhi kebutuhan sendiri manusia harus hidup dengan orang lain. Pepatah mengatakan: “Hargailah dirimu sendiri sehingga orang lain menghargaimu”. Bila dalam hidup berumah tangga harus terjadi pisah sementara untuk kebaikan rumah tangga atau kebaikan masyarakat, maka pada dasarnya kembalinya adalah kepada diri sendiri.

6. Kesetiaan

Ketika suami atau istri menjalankan tugas, maka masing-masing suami/istri harus menjaga kesetiaannya terhadap pasangan hidupnya. Kepercayaan yang diberikan oleh pasangan hidup jangan sampai disalahgunakan. Pisah sementara akan menjadi penyedap kehidupan bila masing-masing pasangan suami istri mengetahui posisinya masing-masing sebagai apa? Dalam masa perpisahan sementara ini, masing-masing pasangan suami/istri jangan sampai melupakan pasangan hidupnya. Melalui komunikasi mereka bisa mengetahui keadaan masing-masing. Karena di sinilah kesetiaan mereka akan terbukti.

Rumah tangga yang menjalani hidup seperti ini harus lebih menyiapkan diri untuk tegar dalam menghadapi kehidupan. Dan hanya satu kunci kesuksesan, yaitu senantiasa ingat Allah, jangan sampai melanggar peraturan-Nya. Dan selalu ingatlah bahwa alam ini tidak luput dari pengawasan Allah, maka janganlah bermaksiat di depan Allah!

Tentunya, pasangan suami istri yang pernah mengalami pisah sementara karena menjalankan tugas pernah merasakan nikmatnya pertemuan setelah itu.

Selamat mencoba!

Tidak ada komentar: