Anda Termasuk Orang Yang Menderita Hasut?
Hasut: Pengaruhnya dalam Kehidupan Sosial
Emi Nur Hayati Ma’sum Said
Manusia diciptakan dengan dibekali potensi dan kemampuan dalam dirinya. Setiap manusia memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan potensi dan kemampuan maka kebutuhan dan selera manusia bisa terpenuhi. Seorang alim dengan kemampuannya ia bisa membentuk masyarakat religius. Seorang dokter dengan kemampuannya ia bisa mengabdi kepada masyarakat dan mengobati orang-orang yang sakit . Seorang insinyur bisa membuat bangunan yang megah dan seterusnya sampai kalangan yang paling bawah seperti pengabdi rumah tangga dan sebaginya. Kemampuan atau kelebihan yang dimiliki oleh manusia adalah pemberian ilahi dan masing-masing akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan kemampuan dan jerih payahnya. Bila saudara kita memiliki kelebihan, baik kelebihan materi maupun spiritual, itu adalah sunah ilahi yang sudah ditetapkan kepada setiap manusia. Dan yang lainnya yang tidak memiliki tidak boleh menghasutnya. Karena hasut adalah sifat munafik, sementara orang mukmin adalah ahli ghibtah.
Hasut adalah kondisi nafsu di mana pemiliknya mengharapkan hilangnya nikmat yang dikhayalkan dari orang lain dan ia berupaya untuk menghilangkan nikmat tersebut dari orang yang dihasutinya baik ia (si penghasut) menghendaki nikmat tersebut atau tidak.
Ghibtah adalah berharap untuk mendapatkan nikmat dengan tanpa mengharapkan hilangnya nikmat tersebut dari pemiliknya yakni ketika seseorang menyaksikan nikmat dan kelebihan pada orang lain ia berkata:”Seandainya aku juga memiliki nikmat tersebut”, karena ia menginginkannya, ia berusaha untuk mendapatkannya dan ia tidak pernah mengharapkan hilangnya nikmat tersebut dari pemiliknya dan tidak juga berusaha untuk menghilangkan dari pemiliknya". Oleh karena itu hadis mengatakan: “Orang mukmin ahli ghibtah, akan tetapi orang munafik menghasut”.
Hasut pada hakikatnya marah terhadap hukum Allah dan menentang sistem urusan-Nya dan menolak kebaikan Allah terhadap sebagian hamba-hamba-Nya.
Untuk lebih jelasnya, maka di sini kita sebutkan juga hasut menurut pandangan al-Quran. “Jangan mengharapkan kelebihan yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian dari sebagian yang lain. Untuk laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mintalah karunia kepada Allah sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu”.[1]
“Dan dari kejahatan orang yang hasut apabila ia hasut”.[2]
Maksudnya adalah berlindung kepada Allah dari keburukan orang yang hasut ketika diserang penyakit hasut dan perbuatannya terhadap orang yang dihasuti. Sebagian para mufassir mengatakan bahwa ayat ini juga mencakup lirikan orang yang pandangannya membawa malapetaka orang lain atau barang yang dipandangnya, karena pandangan yang demikian itu muncul dari rasa hasutnya artinya seorang yang hasut ketika melihat sesuatu yang menurutnya menakjubkan dan indah maka hasutnya akan bangkit dan ia akan mengeluarkan keburukannya dengan pandangannya.[3
Emi Nur Hayati Ma’sum Said
Manusia diciptakan dengan dibekali potensi dan kemampuan dalam dirinya. Setiap manusia memiliki kemampuan dan potensi yang berbeda-beda. Dengan adanya perbedaan potensi dan kemampuan maka kebutuhan dan selera manusia bisa terpenuhi. Seorang alim dengan kemampuannya ia bisa membentuk masyarakat religius. Seorang dokter dengan kemampuannya ia bisa mengabdi kepada masyarakat dan mengobati orang-orang yang sakit . Seorang insinyur bisa membuat bangunan yang megah dan seterusnya sampai kalangan yang paling bawah seperti pengabdi rumah tangga dan sebaginya. Kemampuan atau kelebihan yang dimiliki oleh manusia adalah pemberian ilahi dan masing-masing akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan kemampuan dan jerih payahnya. Bila saudara kita memiliki kelebihan, baik kelebihan materi maupun spiritual, itu adalah sunah ilahi yang sudah ditetapkan kepada setiap manusia. Dan yang lainnya yang tidak memiliki tidak boleh menghasutnya. Karena hasut adalah sifat munafik, sementara orang mukmin adalah ahli ghibtah.
Hasut adalah kondisi nafsu di mana pemiliknya mengharapkan hilangnya nikmat yang dikhayalkan dari orang lain dan ia berupaya untuk menghilangkan nikmat tersebut dari orang yang dihasutinya baik ia (si penghasut) menghendaki nikmat tersebut atau tidak.
Ghibtah adalah berharap untuk mendapatkan nikmat dengan tanpa mengharapkan hilangnya nikmat tersebut dari pemiliknya yakni ketika seseorang menyaksikan nikmat dan kelebihan pada orang lain ia berkata:”Seandainya aku juga memiliki nikmat tersebut”, karena ia menginginkannya, ia berusaha untuk mendapatkannya dan ia tidak pernah mengharapkan hilangnya nikmat tersebut dari pemiliknya dan tidak juga berusaha untuk menghilangkan dari pemiliknya". Oleh karena itu hadis mengatakan: “Orang mukmin ahli ghibtah, akan tetapi orang munafik menghasut”.
Hasut pada hakikatnya marah terhadap hukum Allah dan menentang sistem urusan-Nya dan menolak kebaikan Allah terhadap sebagian hamba-hamba-Nya.
Untuk lebih jelasnya, maka di sini kita sebutkan juga hasut menurut pandangan al-Quran. “Jangan mengharapkan kelebihan yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian dari sebagian yang lain. Untuk laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mintalah karunia kepada Allah sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu”.[1]
“Dan dari kejahatan orang yang hasut apabila ia hasut”.[2]
Maksudnya adalah berlindung kepada Allah dari keburukan orang yang hasut ketika diserang penyakit hasut dan perbuatannya terhadap orang yang dihasuti. Sebagian para mufassir mengatakan bahwa ayat ini juga mencakup lirikan orang yang pandangannya membawa malapetaka orang lain atau barang yang dipandangnya, karena pandangan yang demikian itu muncul dari rasa hasutnya artinya seorang yang hasut ketika melihat sesuatu yang menurutnya menakjubkan dan indah maka hasutnya akan bangkit dan ia akan mengeluarkan keburukannya dengan pandangannya.[3
Imam Ali as dalam khotbahnya mengatakan: “Kalian jangan saling menghasut karena sesungguhnya hasut akan merusak iman, sebagaimana api membakar kayu”.[4]
Faktor-faktor Kejiwaan Pencetus Hasut dalam Hati Manusia:
1. Egois. Setiap manusia secara fitrah senang akan kesempurnaan dan ketenangan, akan tetapi ketika ia merasa puas akan dirinya sendiri maka ia akan menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain, dan tidak melihat sedikit pun kekurangan dalam dirinya. Akhirnya ketika ia melihat kelebihan dan kesuksesan pada orang lain maka pada saat itu ia akan hasut dan tidak suka orang lain lebih tinggi darinya. Apabila keegoisannya adalah ingin berkuasa dan terkenal maka akan lebih berbahaya karena ia akan berharap hanya dia sendirilah yang harus memiliki kekuasaan dan kemasyhuran dan jangan sampai orang lain sama dengannya. Bila ada orang lain yang menyamainya dalam kekuasaan dan kemasyhuran ini maka ia akan hasut dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut dari pemiliknya.
2. Sombong dan Congkak. Orang yang congkak senantiasa merasa dirinya rendah dan hina karena kecilnya hati dan perasaannya. Ia senantiasa ketakutan akan kedudukan dan posisinya sekalipun ia memiliki kemampuan. Ia senantiasa berusaha menjaga kedudukan dan posisinya. Bila ia merasa orang lain memiliki kedudukan dan posisi lebih tinggi darinya maka ia ketakutan dan panik dan kemudian muncul hasut dalam dirinya.
3. Kikir. Orang kikir adalah orang yang enggan memberikan kebaikan kepada orang lain. Maksud kikir di sini adalah bila ada orang berbuat baik kepada sesamanya maka ia tidak menyukai keduanya. Masalahnya di sini adalah ia tidak suka jika nikmat berada di tangan orang lain kendati tidak merugikan dirinya, bahkan menguntungkan dirinya sekalipun, ia tetap tidak suka.
4. Rakus dan Tamak. Orang yang tamak menginginkan segalanya adalah milik dia sekalipun ia sudah memiliki dan senantiasa mengharapkan yang lebih banyak. Ketika ia tidak mampu mengendalikan kemauannya untuk senantiasa memiliki kelebihan maka akan tumbuh hasut dalam dirinya.
Tanda-tanda Hasut
Sebelum kita membahas tanda-tanda hasut, perlu diingat bahwa tanda-tanda yang akan disebutkan, masing-masing dengan sendirinya bukan sebagai tanda hasut, karena banyak orang yang memiliki sifat ini tetapi ia bukan penghasut. Oleh karenanya bila kita melihat kasus tersebut ada pada seseorang maka kita tidak boleh menghukumi bahwa orang tersebut adalah penghasut. Tujuan dari penyebutan tanda-tanda hasut di sini adalah untuk diri kita sendiri, artinya setiap saat kita mendapatkan diri kita demikian maka secepatnya kita meneliti diri kita sendiri, apakah kita sudah mengidap penyakit hasut atau belum? Bila kita dapatkan bahwa kita sudah mengidap penyakit hasut maka secepatnya berusaha untuk mengobatinya supaya diri kita dan orang lain selamat dari penyakit ini. Tanda-tanda hasut antara lain:
1. Kritikan yang dahsyat dan menjelek-jelekkan, penyebabnya adalah hasut. Kadang kala hasut yang dibarengi dengan diam berarti menjelek-jelekkan seseorang, artinya jika ada seseorang menjelek-jelekkan orang lain dan kita diam berarti kita mengesahkan orang yang menjelek-jelekkannya.
Macam-macam penghasut dengan cara menjelek-jelekkan:
a. Ketika di hadapan orang yang dihasuti, penghasut berbicara secara lunak dan ramah, tetapi di belakangnya ia menjelek-jelekkan dan memfitnahnya. Imam Shadiq as berkaitan dengan hal ini bersabda: “Lukman Hakim berkata kepada anaknya, “Hasut memiliki tiga tanda-tanda; di belakang menjelek-jelekkannya, di depannya beramah-tamah, ketika yang dihasutinya mendapat musibah malah mencelanya".[5]
b. Tidak punya rasa malu. Kadang-kadang penghasut menjelek-jelekkan orang yang dihasutinya di hadapannya secara terang-terangan atau dengan cara menertawakan dan mengejeknya untuk meluapkan tujuannya di mana saja ia berada dengan tanpa rasa malu.
2. Tidak banyak memuji. Ketika sebagian orang memuji orang-orang yang mulia dan bertakwa para penghasut diam saja dan tidak mau memuji mereka, kalaupun ia terpaksa harus memujinya maka ia tidak banyak memujinya. Ada istilah, “Memuji berlebihan adalah menjilat dan kurang dalam memuji adalah hasut”.
3. Cepat menerima celaan. Penghasut tidak senang bila ada orang lain dipuji di hadapannya. Sebaliknya jika orang tersebut dijelek-jelekkan di hadapannya ia cepat menerimanya.
4. Pendendam, tidak pemaaf dan ketika berkuasa tidak memiliki kasih sayang. Pemaaf adalah sifat manusiawi, semakin tinggi kemanusiaan seseorang maka ia cepat memaafkan.
5. Pemarah. Rasa panik tidak mengizinkan seseorang untuk tenang dan tersenyum serta bertemu orang lain dengan wajah ceria. Karena ia tidak suka melihat orang lain bahagia. Imam Shadiq as berkata kepada sufyan Tsauri: “la rahata lihasud” orang hasut tidak memiliki ketenangan.
Adapun tolok ukur hasut adalah penghasut menyenangi sesuatu hanya untuk dirinya dan tidak untuk orang lain. Dan ia menginginkan sesuatu untuk orang lain dan tidak untuk dirinya. Sebaliknya orang yang suci dari hasut, apa saja yang ia inginkan untuk dirinya ia juga menginginkan untuk orang lain, jika ia tidak menginginkan sesuatu untuk orang lain, ia juga tidak menginginkannya untuk dirinya.
Kesimpulan dari dua kalimat tersebut, dengan menyebutkan beberapa pertanyaan untuk orang yang ingin menguji dirinya:
1. Apakah anda sedih bila melihat dan mendengar kebahagiaan, kekayaan, kecantikan, kekuasaan dan barang-barang mahal orang lain?
2. Apakah jika ada orang menjelek-jelekkan sesamanya, anda akan cepat menerimanya?
3. Apakah anda sedih jika ada orang dipuji di hadapan anda?
4. Apakah jika ada orang memiliki kelebihan bagi anda berat untuk memujinya?
5. Apakah anda sedih bila orang lain maju, sementara anda menganggapnya lebih rendah dari anda?
6. Apakah masyarakat mengakui anda sebagai orang yang lekas naik darah dan pemarah?
7. Apakah jika anda berhadapan dengan sebagian orang anda memujinya kemudian jika di belakangnya anda menjelek-jelekkannya?
8. Apakah anda menganggap mayoritas orang lain tidak benar dan tidak baik?
9. Apakah anda senang dengan kesusahan dan musibah yang menimpa sebagian orang?
10. Apakah buruk sangka sebagian orang, anda sampaikan kepada yang lainnya dan anda menyampaikan celaan kepada orang yang dicela.
11. Apakah rasa dendam anda tinggi?
12. Apakah anda orang yang sangat suka mengkritik dan cepat gelisah.
13. Apakah masyarakat mengenal anda sebagai orang yang buruk sangka?
Jika jawaban semua pertanyaan di atas adalah tidak maka anda bukan penghasut. Jika mayoritas jawabannya adalah iya maka anda adalah penghasut dan berusahalah untuk mengobatinya. Jika jawaban iyanya sedikit maka anda sedikit memiliki sifat hasut dan hati-hatilah jangan sampai menjadi besar. Jika jawaban iyanya satu atau dua maka tidak bisa dipastikan bahwa anda bukan penghasut, bahkan jika jawaban pertanyaan pertama saja adalah iya maka dalam diri anda terdapat penyakit hasut.
Pengaruh Hasut dalam Kehidupan Masyarakat
1. Hasut menghambat pertumbuhan masyarakat. Jika dalam sebuah komunitas didapatkan hasut maka komunitas itu tidak akan maju, karena para penghasut tidak mengizinkan orang-orang yang layak untuk mendapatkan kekuasaan. Penghasut menginginkan dirinya saja yang memegang kekuasaan dan mereka senantiasa mencari kelemahan dan kekurangan orang lain. Salah satu faktor tidak adanya kemajuan sebuah masyarakat adalah hasut. Dalam kitab “Empat puluh maudhu ucapan Naraqy”, semua atau sebagian besar kekuatan penghasut hanya untuk merusak masyarakat. Oleh karenanya, di samping ia menghancurkan dirinya sendiri ia juga mengancam keberadaan masyarakat.
2. Kemerosotan dan kemunduran masyarakat yang sudah maju. Masyarakat yang maju adalah masyarakat yang kaya dari sisi pengetahuan, budaya, akhlak dan manajemen. Ketika hasut muncul dalam masyarakat maka kerusuhan menjadi pengganti kebaikan dan kemuliaan. Tujuan pribadi akan menyalakan api fitnah dan menggantikan tujuan masyarakat dan akan memunculkan perselisihan.
3. Menghancurkan kerja sama dan gotong royong. Bahaya umum hasut adalah menghancurkan kerja sama di antara masyarakat dan tidak ada orang yang mau menolong sesamanya. Karena rahasia kesuksesan sebuah komunitas tergantung pada kerja sama anggotanya. Bahkan sebuah komunitas tidak bisa terbentuk tanpa adanya persatuan dan kerja sama. Penghasut tidak mengizinkan adanya kerja sama. Ia selalu berpikir bahwa dirinya saja yang memiliki kelayakan dan ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan urusan masyarakat.
4. Kekacauan keamanan. Hasut akan merusak keamanan masyarakat. Hasut menyebarkan pembunuhan dan menimbulkan perampokan dan penjarahan dan pada akhirnya menyebabkan munculnya pemerintahan yang kejam. Menyebarnya rasa saling tidak percaya dengan sesama dan buruk sangka. Para mustad’afin hidup dalam kesusahan dan pada akhirnya muncul kebencian dalam hati mereka terhadap orang-orang kaya. Suap menyuap dan korupsi menyebar dalam pemerintahan. Krisis umum dan krisis ilmu akibat krisis moral dan akhlak akan menguasai negara dan akan terbukalah pintu kediktatoran.[6] Dan menggoyahkan pemerintahan islam dan mengancam keberadaan maslahat islam dan muslimin.[7]
5. Menahan orang baik untuk berbuat baik dan menghancurkan para pengabdi. Artinya para penghasut tidak mengizinkan orang-orang baik untuk mengabdi kepada masyarakat. Karena para penghasut tidak memiliki kekuatan untuk menahannya, maka yang seharusnya mereka memuji para pengabdi malah mereka mengkritik dan menjelek-jelekkannya.
Cara Mengobati Penyakit Hasut
Di sini ada beberapa resep untuk mengobati hasut.
1. Yang harus diketahui oleh penghasut adalah bahwa hasut tidak mendatangkan keuntungan sama sekali buat dirinya, bahkan selain ia mendatangkan malapetaka di dunia, ia juga menyebabkan azab ilahi di akhirat kelak. Hasut tidak saja menyebabkan siksa batin bahkan akan melemahkan badan dan merusak iman.[8] Cara menyembuhkan hasut dengan ma’rifat dan pengetahuan dan penyucian diri artinya selain harus membersihkan diri dari sifat-sifat yang jelek ia juga harus menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang mulia.[9]
2. Yang harus dibaca oleh penghasut. Penghasut harus membaca kitab-kitab yang berkaitan dengan hasut, sehingga ia bisa memastikan dirinya, apakah ia punya penyakit hasut atau tidak? Bila ia mengidap penyakit hasut maka hendaknya berusaha untuk mengobatinya. Membaca kitab-kitab hasut bagi orang yang tidak mengidap penyakit hasut fungsinya adalah untuk mencegah jangan sampai mengidap penyakit hasut.[10]
3. Yang harus dilakukan oleh penghasut. Penghasut jangan sampai melakukan apa yang diinginkan hatinya, dengan kata lain di hadapan orang yang dihasutinya ia harus melakukan sebaliknya dari apa yang diinginkan hatinya. Misalnya jika hatinya ingin memfitnah atau menjelek-jelekkan orang yang dihasutinya maka ia harus mengambil keputusan untuk memujinya dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya.[11] Rasulullah saw bersabda: “Jika kamu hasut maka jangan mengikuti Kemauannya” .[12]
Kesimpulannya, hasut merupakan virus yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia karena tidak saja menghancurkan kehidupan dunia akan tetapi juga kehidupan akhirat seseorang. Hasut, selain ia menghancurkan kehidupan pribadi seseorang ia juga menahan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sosial. Akhlak islami betul-betul menganjurkan jangan sampai ada hasut dalam hati kita, kalaupun ada Islam memberikan jalan keluar untuk menyembuhkannya.
Cara menyembuhkan hasut dengan mengenal akhlak yang buruk dan akhlak yang baik. Berbuat sebaliknya dari apa yang dikehendaki hati yang hasut. Jika hati hasut menghendaki untuk menjelek-jelekkan seseorang maka sebaiknya diam saja. Bila kita tahu bahwa kita mengidap penyakit ini maka secepatnya kita membasmi penyakit yang berbahaya ini sebelum ia mengakar.
[1] . QS, An-Nisa’: 32.
[2] . QS, Al-Falaq: 5.
[3] . Terjemah Al-Mizan, jilid 20, hal 682.
[4] . Nahjul Balaghah. Khotbah 86/12, hal 144.
[5] . Safinah A-Bihar, jilid 1, hal 598, bagian hasut.
[6] . Sayyid Redho Sadr, Hasut, hal 256.
[7] . Nisbah Yazdi, Akhlak dar Quran, hal 239.
[8] . Sayyid Redho Sadr, Hasut, hal 295.
[9] . Ibid, hal 239.
[10] . Ibid, hal 238.
[11] . Inid, hal 242.
[12]. Bihar Al-Anwar, jilid 74, hal 153, hadis ke 122.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar